PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatat peningkatan penjualan batu bara pada triwulan pertama 2020 sebesar 2.1% atau naik dari 6.6 juta ton menjadi 6.8 juta ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, angkutan batu bara dengan menggunakan kereta api meningkat 12,1% dari 5,8 juta ton menjadi 6,5 juta ton dibanding tahun sebelumnya.
Menurut Sekretaris Perusahaan, Hadis Surya Palapa, pencapaian ini karena PTBA mengoptimalkan peluang pasar ekspor ke beberapa negara seperti India, Hong Kong, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan sejumlah negara Asia lainnya di tengah fluktuasi Harga Batu Bara Acuan (HBA). Strategi penjualan ekspor batu bara medium to high calorie ke premium market juga mendukung pencapaian ini.
"Pada triwulan I 2020, Perseroan mencatat pendapatan usaha sebesar Rp 5,1 triliun yang terdiri dari penjualan batu bara domestik sebesar Rp 3,3 triliun, penjualan batu bara ekspor sebesar Rp 11,8 triliun, dan aktivitas lainnya sebesar Rp 87,2 miliar yang terdiri dari penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa," ujar Hadis dalam keterangan tertulis, Jumat (1/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perolehan pendapatan usaha tersebut dipengaruhi oleh harga jual rata-rata batu bara yang turun 3.9% dari Rp 772.058 menjadi Rp 741.845/ton dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Penurunan tersebut terjadi karena penurunan harga batu bara Newcastle sebesar 29.5% dan batu bara therma Indonesia (Indonesia Coal Index (ICI) GAR 5000 sebesar 6.9% dibanding harga rata-rata periode yang sama di tahun sebelumnya.
Beban pokok penjualan pada triwulan I 2020 tercatat Rp 3,6 triliun, meningkat 1,1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena kenaikan volume penjualan serta peningkatan volume angkutan batu bara dan kenaikan biaya jasa penambangan terkait dengan kurs dan jarak angkut pada periode ini.
"Dengan pendapatan dan beban pokok penjualan serta beban usaha tersebut, laba usaha Perseroan mencapai Rp 1,08 triliun, diiringi dengan tercapainya EBITDA sebesar Rp 1,5 triliun dan pencapaian laba bersih Perseroan mencapai Rp 903,2 miliar," lanjutnya.
Kemudian, per Maret 2020, aset Perseroan mencapai Rp 2,7 triliun dengan komposisi terbesar pada kas serta deposito dengan jangka waktu di atas 3 bulan yang dimiliki Perseroan sebesar Rp 8,1 triliun (29,2%) dan aset tetap sebesar Rp 7,5 triliun (27,1%). Total liabilitas per Maret 2020 mencapai Rp 7,8 triliun, naik dibanding per Desember 2019 disebabkan karena kenaikan liabilitas jangka panjang sebesar 11,2% dari realisasi triwulan I tahun 2019.
Dengan peningkatan posisi kas dan setara kas, menyebabkan cash ratio terhadap liabilitas jangka pendek perseroan menjadi 167.4%. Artinya, Perseroan memiliki likuiditas yang kuat atau sangat mampu memenuhi liabilitas jangka pendek tepat waktu.
PTBA juga tengah menyiapkan revisi target dan racikan strategi yang tepat guna mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang diprediksi akan terjadi di tengah pandemi COVID-19. Adapun rencana awal Perseroan pada 2020 antara lain menaikkan produksi batu bara 4% sebesar 30.3 juta ton FY2020 dari realisasi tahun sebelumnya sebesar 29.1 juta ton dan meningkatkan target angkutan 13% menjadi 27.5 juta ton dari realisasi angkutan kereta api FY2019.
Selain itu, Perseroan juga memiliki target peningkatan penjualan batu bara FY2020 8% menjadi 29.9 juta ton terdiri dari 21.7 juta ton batu bara domestik dan 8.2 juta ton batu bara ekspor dari realisasi penjualan batu bara FY2019. Peningkatan target penjualan ditopang dengan rencana penjualan ekspor batu bara medium to high calorie ke premium market sebesar 2.5 juta ton.
Kemudian untuk mendukung optimasi pengangkutan batu bara, PTBA bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia dan pada awal tahun 2020 telah menyelesaikan pengembangan proyek angkutan batu bara jalur kereta api Tanjung Enim - Kertapati dengan kapasitas 5 juta ton/tahun serta pengembangan fasilitas Dermaga Kertapati.
PTBA juga bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia untuk mengembangkan proyek angkutan batu bara jalur kereta api dengan kapasitas 60 juta ton/tahun pada 2025 termasuk jalur Tanjung Enim - Arah Utara dengan kapasitas angkut 10 juta ton/tahun beserta fasilitas dermaga baru Peranjen yang direncanakan beroperasi pada 2025.
PTBA dan PT Kereta Api Indonesia juga tengah mengkaji alternatif lain yakni pembangunan Dermaga Kramasan yang merupakan gagasan baru PT Kereta Api Indonesia.
"Kemudian jalur Tanjung Enim-Arah Selatan, yakni Tarahan I dengan pengembangan kapasitas jalur existing menjadi 25 juta ton/tahun pada akhir 2020 dan Tarahan II dengan kapasitas angkut 20 juta ton/tahun yang rencananya beroperasi pada 2025," papar Hadis.
Selain itu, Perseroan juga menganggarkan investasi sebesar Rp 4 triliun yang terdiri dari Rp 3.8 triliun untuk investasi pengembangan dan Rp 228.9 miliar untuk investasi rutin.
(prf/hns)