'Cerai' dengan Aramco, Pertamina Cari Mitra Lain Bangun Kilang Cilacap
Sabtu, 06 Jun 2020 10:30 WIB

Kilang sendiri menjadi kebutuhan yang penting bagi Indonesia. Ignatius menjelaskan, kapasitas tepasang kilang 1 juta barel per hari. Namun, optimal operasinya hanya mampu mengolah 850 ribu barel per hari dengan produk BBM yang dihasilkan 680 ribu barel per hari.
Sementara, kebutuhan produk BBM mencapai 1,4 juta barel per hari. Artinya, kebutuhan produk BBM mesti ditutup oleh impor.
"Itu kapasitas terpasang kilang kita 1 juta barel namun optimum operasi di kapasitas 850 ribu barel. Itu kita menghasilkan produk-produk BBM 680 ribu barel per hari. Sementara konsumsi nasional kita ini data 2017, 1,3 juta-1,4 juta barel," katanya.
"Artinya hampir 50% atau 40% produk BBM kita, kita harus impor ini ketergantungan impor sangat besar," sambungnya.
Dari segi daya saing juga relatif tertinggal. Lanjutnya, kilang termuda Pertamina baru dibangun 30 tahun lalu. Hal itu mencerminkan produk-produk yang dihasilkan.
"Kilang-kilang Pertamina dibangun ada yang 70 tahun, ada yang hampir 100 tahun, yang terbaru di Balongan dibangun 1990 jadi sudah 30 tahun usianya. Dari sisi competitiveness, daya saingnya dibanding kilang modern, baru, kurang," ujarnya.
Jika negara lain sudah menghasilkan produk EURO IV atau V, Indonesia masih menghasilkan produk EURO I dan II. "Kilang kita masih menghasilkan produk kualitas EURO I-II, padahal negara lain mengacu standar EURO IV bahkan EURO V," tutupnya.