Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan LNG Indonesia susah laku. Banyak pembeli mengajukan renegosiasi kontrak penyaluran.
"Ini terjadi sangat memukul produksi dan lifting gas dikarenakan penurunan permintaan yang cukup besar. Kami mengalami beberapa pengembalian misalnya dari PLN, kargo-kargo yang khususnya dikonsumsi," kata Dwi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Kamis (18/6/2020).
Pernyataan tersebut disampaikan Dwi ketika memaparkan dampak Corona (COVID-19) dan penurunan harga minyak terhadap sektor migas. Dengan pukulan tersebut, dia mengaku terjadi penurunan produktivitas operasional.
"Dikarenakan adanya penurunan aktivitas mobilisasi orang dan barang. Khususnya yang paling kita tidak bisa carikan jalan keluar adalah keterlambatan pabrikasi barang-barang yang di luar negeri maupun pengiriman ke Indonesia," ucapnya.
Selain itu, terjadi penundaan planned shutdown di lapangan Banyu Urip dan Tangguh. Program kerja ulang dan perawatan sumur di CPI, PetroChina dan OSES tak luput dari dampak tersebut. Kegiatan P&A sumur di Conoco Phillips juga mengalami gangguan operasional.
"Kedua, penurunan keekonomian lapangan migas, lalu ketiga penurunan outlook lifting tahun 2020 dan menurunnya pemanfaatan gas," imbuhnya.
(dna/dna)