Waspada! Ini Kerugian Bagi yang Masih Pakai BBM Premium

Waspada! Ini Kerugian Bagi yang Masih Pakai BBM Premium

Soraya Novika - detikFinance
Minggu, 28 Jun 2020 07:30 WIB
Warga membeli bbm subsidi jenis premium di SPBU Pertamina, Otista, Jakarta Timur, Jumat (15/11/2019). Pertamina berharap penyaluran BBM Bersubsidi tepat sasaran. Sebab yang terjadi di lapangan hingga kini BBM Bersubsidi masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat yang secara ekonomi tergolong mampu.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Memakai Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium (RON 88), lebih banyak ruginya meskipun harganya relatif lebih murah daripada Pertalite (RON 90) maupun Pertamax (RON 92). Demikian menurut, Region Manager Retail Sales VII, Remigius Choerniadi Tomo. Tomo pun membeberkan sejumlah kerugian yang didapat konsumen bila masih terus memakai BBM premium.

"Premium secara ilmiah jika kita gunakan terus-menerus akan lebih banyak menghasilkan kerugian," kata Tomo dalam diskusi virtual dengan YLKI, Sabtu (27/6/2020).

Alasan mendasar Premium merugikan buat konsumen karena saat ini produsen mobil jarang memproduksi mobil dengan compression ratio atau rasio kompresi mesin yang sesuai dengan bahan bakar tersebut. Sehingga bila dipaksakan malah membuat kendaraan tersebut menghasilkan emisi gas buang yang lebih polutif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Premium hanya bisa digunakan untuk mesin bensin dengan compression ratio yang rendah. Sedangkan kita tau, pabrikan mobil saat ini menggunakan compression ratio yang sudah tinggi. Nah oleh karena itu sudah jarang mobil-mobil modern yang memasang compression ratio yang rendah pada mobilnya. Karena kalau pakai compression ratio yang rendah otomatis power density mesin itu ikut rendah akibatnya fuel ekonomi yang dinyatakan dalam satuan kilometer/liter BBM juga rendah kemudian juga emisi gas buang lebih polutif," paparnya.

Tak hanya itu, bila tetap dipaksakan lama kelamaan akan merusak mesin mobil.

ADVERTISEMENT

"Gejala yang kita rasakan adalah detonasi. Detonasi adalah 2 tumbukan di dalam ruang bakar sehingga menyebabkan penurunan power dalam mesin mobil. Akibat yang lain adalah emisinya semakin tinggi polusinya dalam jangka panjang piston mobil akan mengalami kerusakan," ucapnya.

Terakhir, bila mesin mobil mulai mengalami kerusakan otomatis penumpang tidak akan nyaman berada di dalam mobil tersebut.

"Yang jelas penumpang merasa tidak nyaman," pungkasnya.

Direktur Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Syafrudin menyebut penggunaan bahan bakar minyak (BBM) berkualitas rendah bisa menyebabkan defisit pada neraca perdagangan Indonesia. Alasannya, BBM berkualitas rendah rata-rata masih bergantung pada impor.

"Nah defisit neraca perdagangan itu kan kita alami terus ya dalam konteks pengadaan bahan bakar di mana sebelum diterapkan B30 atau B20 atau B15, impor solar kita itu mencapai kurang lebih 60%. Sekarang ini kita masih bergantung pada impor bensin yang kurang lebih 40-30%," kata Ahmad.

Penyebab defisit lainnya adalah karena bahan bakar berkualitas rendah memang cenderung boros. Sehingga untuk pengguna kendaraan yang terbiasa memakai bahan bakar berkualitas rendah akan lebih sering mengisi bahan bakarnya dan membuat aktivitas impor solar terus terjadi.

"Kalau kita menggunakan bahan bakar berkualitas rendah itu juga akan meningkatkan konsumsi BBM kita yang ujung-ujungnya meningkatkan ketergantungan kita pada impor BBM seperti yang kita alami saat ini," katanya.

Tak hanya merugikan dari segi neraca perdagangan, emisi gas buang dari bahan bakar berkualitas rendah tentunya berdampak pada pencemaran udara secara nasional. Kemudian dampak ini merembet pada faktor sosial dan ekonomi masyarakat secara menyeluruh mulai dari kesehatan hingga perubahan iklim.

"Semua ini tentu akan terkait dengan kualitas SDM, kesehatan yang buruk serta kesejahteraan masyarakat karena pendapatannya habis untuk biaya kesehatan. Di tahun 2010 ada Rp 38,5 triliun masyarakat Jakarta harus membayar biaya kesehatan. Kemudian juga meningkatkan intensitas bencana berkaitan dengan dampak perubahan iklim yang disumbang dari emisi kendaraan bermotor," sambungnya.



Simak Video "Video: Pertamina Pastikan Stok BBM Aman Selama Masa Lebaran 2025"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads