2. Progres Baru 2,2%
Mengenai progres pembangunan, Dwi mengaku ada keterlambatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara detail kami diundang untuk melaporkan bahwa saat ini sampai dengan Juli 2020 actual adalah 2,2% dan ini memang dengan adanya COVID, harga minyak yang rendah dan sebagainya terjadi keterlambatan di target 10,5%, terlambat sekitar 8,3% terlambat ya," kata Dwi.
Permasalahan lainnya yang membuat progres pengembangan proyek Blok Masela terhambat yaitu Health, Safety, and Environment (HSE) di tengah pandemi Corona. Inpex Corporation terpaksa menunda beberapa pekerjaan seperti survei AMDAL.
Kedua, ketidakpastian ekonomi dunia. Menurut dia penurunan minyak dan penurunan permintaan gas secara global berdampak pada rencana pembangunan (POD) yang sebelumnya sudah disepakati. Ketiga, keputusan Shell hengkang sebagai operator di Blok Masela.
Meski begitu, Mantan Direktur Utama Pertamina ini masih optimistis pengoperasian Blok Masela bisa direalisasikan pada 2027.
3. Pilih proyek yang lebih cuan
Vice President Corporate Services Inpex, Henry Banjarnahor mengatakan proses pelepasan participating interest (PI) atau hak kelola Shell sebagai operator di Blok Masela sedang berlangsung.
"Sebenarnya proses divestasi dalam kegiatan hulu migas itu suatu hal yang biasa, partner datang dan pergi. Mereka datang ke Inpex mengatakan mereka ingin divestasikan working interest-nya di Blok Masela," katanya.
Henry mengatakan salah satu alasan Shell keluar dari proyek pengembangan di Blok Masela lantaran ingin mencari proyek investasi yang lebih menguntungkan di negara lain. Hal itu berbeda dengan Inpex yang masih berkomitmen pada proyek Masela.
"Alasannya mereka melihat global portofolio mereka di seluruh dunia dan mereka menganggap bahwa investasi di negara lain lebih menguntungkan mereka jadi mereka mengutamakan itu," jelasnya.
Simak Video "Video: Shell Jual Seluruh SPBU di Indonesia, Siapa yang Membeli?"
[Gambas:Video 20detik]
(hek/eds)