Bongkar Borok Pertamina, Ahok Kena Serangan Balik

Terpopuler Sepekan

Bongkar Borok Pertamina, Ahok Kena Serangan Balik

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 19 Sep 2020 14:45 WIB
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok meluncurkan buku Panggil Saya BTP di Gedung Tempo, Palmerah, Jakarta Selatan, Senin (17/2/2020).
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Awal pekan ini diramaikan dengan aksi Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang membeberkan borok perusahaan BUMN energi tersebut.

Dalam sebuah tayangan video yang diunggah di akun YouTube POIN, Ahok menyebut ada direksi yang hobi melobi menteri hingga direksi yang suka ngutang dan tak mempedulikan investor.

Hal ini ternyata jadi bumerang buat Ahok. Ahok bahkan disebut biang kegaduhan karena telah membuka aib Pertamina. Pengamat BUMN yang pernah menjabat sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu menilai apa yang dibicarakan oleh Ahok adalah tugasnya sebagai seorang komisaris.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Said menilai hal tersebut adalah pengumuman jika Ahok tak mampu menjalankan tugas yang baik sebagai komisaris.

"Beliau mengumumkan bahwa dirinya tidak mampu melaksanakan tugasnya sebagai komisaris. Semua yang disampaikannya itu adalah tugas komisaris," tuturnya kepada detikcom, Selasa (15/9/2020).

ADVERTISEMENT


Menurut Said, sebagai komut seharusnya Ahok menjadi perpanjangan tangan pemerintah. Karena itu yang bisa melakukan lobi-lobi adalah Ahok. Namun jika direksi yang melobi, ahok bisa menindak direksi tersebut.

"Saya nggak lihat seperti itu, karena kewenangan komisaris itu bahkan bisa menonaktifkan direksi. Jadi lucu, dia itu punya kewenangan itu," tuturnya.

Menurut Said hal yang paling utama untuk membenahi BUMN itu adalah menjaga Pertamina dari intervensi luar, termasuk intervensi dari pemerintah dan penguasa. Dia menambahkan hal itu juga merupakan tugas dari komut.

"Pengaruh intervensi pemerintah terhadap Pertamina itu besar sekali. Utang pemerintah ke Pertamina itu mungkin sekitar Rp 100 triliun lebih. Kedua intervensi terhadap program-program Pertamina untuk pembangunan kilang misalnya, itu kan pemerintah yang berubah-ubah. Ketiga intervensi penguasa mafia minyak pengadaan BBM oleh Pertamina. Jadi musuhnya itu, dan itu tugas komisaris," tutupnya.

Komisi VI DPR Andre Rosiade bahkan meminta agar Ahok dicopot dari jabatannya. Karena Ahok dinilai membuat gaduh. Menurut Andre penyataan yang diungkapkan Ahok adalah masalah internal Pertamina dan bukan untuk konsumsi publik.

"Seharusnya komut itu kalau ada masalah, perbaikan, dia selesaikan di internal atau laporkan ke Menteri BUMN, tidak mengumbar ke keluar, sehingga menimbulkan kegaduhan dan memberikan citra negatif kepada Pertamina yang berjuang di semester kedua tahun 2020 ini untuk mengembalikan, mendapatkan keuntungan setelah di semester pertama rugi kan," papar Andre.

Andre menyayangkan upaya Pertamina memperbaiki kinerjanya justru dipatahkan dengan pernyataan-pernyataan Ahok yang negatif. Politikus Partai Gerindra itu lantas menyindir balik Ahok.

"Kalau memiliki kinerja baik, saya tanya, Pak Ahok itu bicara kilang, bicara ini, pernah nggak Pak Ahok. Pak Ahok itu ke kilang itu baru 1 kali, ke Tuban waktu mendampingi Presiden. Coba, pernah nggak ke kilang Pertamina yang lain?" sebut Andre.

"Lalu yang kedua, pernah nggak Pak Ahok ke unit hulu, ya, ke unit hulu Pertamina sekali saja? Catat kapan waktunya. Lalu tunjukkan ke kita prestasi Pak Ahok itu apa sih? Apa sih yang dilakukan Pak Ahok di Pertamina? Dia klaim ini kinerjanya. Yang mana?" imbuhnya.



Anggota DPR asal Sumatera Barat itu menuturkan perbaikan kinerja yang kini ditunjukkan Pertamina bukanlah hasil kerja Ahok. Karena itu, menurutnya, untuk perbaikan Pertamina ke depan, lebih baik Jokowi mencopot Ahok.

"Nah, untuk perbaikan ke depan, ya, saya usulkan sebagai mitra di Komisi VI DPR, saya usul Pak Jokowi lebih baik (Ahok) dicopot saja lah, supaya tidak menimbulkan kegaduhan, apalagi Pertamina lagi fokus perbaiki kinerja di semester kedua ini. Apalagi, Pertamina ini, sekarang di semester kedua ini, bulan Juni ini sudah mendapatkan laba operasi tercatat itu Juni 2020, US$ 443 juta, di mana kinerjanya sudah kembali mulai membaik dan sudah mencatat laba operasi unit," papar Andre.

"Dan kalau direcoki dengan pernyataan-pernyataan yang menimbulkan kegaduhan dan citra negatif ke Pertamina itu kan nggak baik perusahaan, bagi korporasi. Kok komisaris malah bikin gaduh, komut malah memberikan citra negatif. Jadi lebih baik copot saja," ujar dia.



Simak Video "Video: Yang Bikin Ahok Kaget Usai Diperiksa Kejagung"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads