Pertamina terus berupaya melakukan efisiensi energi yang ramah lingkungan baik di dalam operasional kilang maupun aktivitas perusahaan sehari-hari. Salah satunya di gedung head office (HO) Pertamina RU IV.
Gedung yang terletak di Jalan MT Haryono 77, Lomanis, Cilacap yang dibangun sejak 2016 kemudian ditempati sejak tahun 2017 ini mengusung konsep green building dan telah membukukan sejumlah penghematan.
Unit Manager Communication, Relations, & CSR Pertamina RU IV Cilacap, Hatim Ilwan mengatakan gedung yang dibangun dengan konsep green building, energy saving building, dan minimalis ini sesuai dengan visi misi perusahaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gedung ini dibangun sebagai tindak lanjut standard IRI (International Risk Insurance) terkait jarak gedung perkantoran terhadap tanki produk, sehingga untuk mendapatkan lokasi kerja yang aman dan nyaman," ujar Hatim dalam keterangan tertulis, Jumat (23/10/2020).
Gedung HO memiliki luas area 7.257 m² dengan ketinggian 4 lantai yang meliputi lantai dasar (resepsionis, ruang tender, area bisnis, ruang poliklinik, laktasi, dan lain-lain) serta lantai 1-4 sebagai ruang kerja dan lantai atap dengan luas keseluruhan gedung 17.858,59 m².
Hatim mengatakan gedung ini menerapkan energi terbarukan berupa solar cell atau photovoltaic untuk penyediaan kebutuhan penerangan. Kapasitasnya 200 watt per cell dengan total kapasitas 80 kWp dan dipasang di atas atap gedung. Total kapasitas energi terbarukan yang dipasang 24.090kWh per tahun.
Konsumsi bulanan gedung ini 13.700 kWh, sedangkan energi terbarukan yang diproduksi 2.200 kWh/bulan. Persentase penggantian atau efisiensi penggunaan energi terbarukan guna menyediakan tenaga listrik di gedung ini adalah 15%. Kondisi ini membuat gedung HP mampu menghemat daya listrik 27.520 kWh/tahun atau senilai Rp 57,7 juta/tahun.
"Dalam kurun 4 tahun gedung HO ini ditempati, penghematannya lebih dari Rp 230 juta," imbuh Hatim.
Pertamina juga melakukan pemanfaatan efisiensi air berupa penerapan water fixture dengan kapasitas tidak melebihi standar kemampuan maksimal keluaran air sehingga terjadi penghematan pemanfaatan air.
"Daur ulang pemanfaatan air dari grey water recovery di gedung HO untuk beberapa keperluan seperti penyiraman tanaman di luar ruangan, pembilasan toilet, penyemprotan jalur parkir, dan hidran serta mengumpulkan dan memanfaatkan kembali air hujan rainwater harvesting," ujar Hatim.
Selain itu, pemanfaatan air nonminum untuk irigasi sebanyak 7 m³/hari dengan penghematan Rp 17,6 juta/tahun. Air irigasi berasal dari sistem air daur ulang dan panen air hujan dengan asumsi harga di Cilacap Rp 7.000 per m³.
"Catatan lain, pemanfaatan air hujan sebagai air tawar dengan memanen air hujan di tangki air akan menurunkan 70% konsumsi air minum. Sedangkan air yang tidak dapat diminum untuk menara pendingin atau keperluan lainnya dengan kemampuan kapasitas daur ulang 220 m³, air akan digunakan untuk pembilasan, penyemprotan tempat parkir dan hidran," sambung Hatim lebih lanjut.
Di bidang perlindungan lingkungan, Pertamina RU IV juga menggunakan konstruksi berkelanjutan. Material yang digunakan dalam HO diperoleh dari proses daur ulang seperti material batang baja atau tulangan baja untuk beton yang disediakan dari Gunung Garuda pada perusahaan baja.
"Kami juga melakukan reboisasi dan konservasi tanaman, berupa penanaman berbagai jenis tumbuhan seperti pohon, semak, semak, dan rumput. Tanaman yang ditanam akan menurunkan suhu di sekitar gedung," katanya.
Berbagai keberhasilan ini membuat Pertamina RU IV diganjar penghargaan Subroto Award 2019 pada kategori Efisiensi Energi Nasional.
"Prestasi ini tentu bukan untuk jumawa, tapi sepenuhnya kami dedikasikan untuk efisiensi energi yang ramah lingkungan. Maka pengembangannya terus kami lakukan, termasuk pada produk-produk keluaran Pertamina yang berorientasi pada green energy," pungkas Hatim.
(ega/ara)