Organda Setuju Premium Dihapus, Asal...

Organda Setuju Premium Dihapus, Asal...

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 17 Nov 2020 13:23 WIB
Pemerintah memutuskan untuk menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium sebesar Rp 500/liter dari Rp 6.950 menjadi Rp 6.450/liter. Harga solar juga turun Rp 500 per liter, dari sebelumnya Rp 5.650 menjadi Rp 5.150. Pasca penurunan yang berlaku efektif 1 April 2016, Ketua DPD Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta, Safruan Sinungan, mengatakan tarif angkutan umum akan turun mulai Sabtu (2/4/2016) sesuai dengan instruksi dari pemerintah. Untuk angkutan umum seperti MetroMini dan Kopaja akan turun Rp 500 alias gopek.
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Wacana penghapusan bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium kembali muncul. Kali ini diusulkan oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK).

Namun, hal ini masih wacana dan belum ada kejelasannya. Di sisi lain, beberapa pihak sudah mengatakan setuju bila Premium mau dihapus. Tak terkecuali para pengusaha angkutan darat.

Ketua Bidang Angkutan Darat Organda Kurnia Lesani Adnan mengatakan dirinya juga setuju bila Premium dihapus. Pasalnya saat ini transportasi darat yang menggunakan Premium sudah makin sedikit jumlahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hilangkan ya nggak apa-apa sih sebenarnya. Karena kalau kita lihat ini udah nggak banyak ya yang menggunakan, di SPBU itu teman-teman juga mulai pakai Pertalite," ujar Sani kepada detikcom, Selasa (17/11/2020).

Sani mengatakan kini yang masih menggunakan Premium kebanyakan armada angkutan kota alias angkot. Dia menaksir masih ada setengah jumlah angkot yang menggunakan Premium.

ADVERTISEMENT

"Kalau main data saya nggak ada jelasnya. Cuma kebanyakan memang tinggal angkot ini yang pakai, setengahnya masih ada kali ya yang pakai Premium, meski banyak yang mulai pakai Pertalite juga," ujar Sani.

Lanjut halaman berikutnya>>>

Dia melanjutkan, saat ini mesin kendaraan pun sudah mulai tidak ramah dengan Premium. Kemajuan teknologi membuat mesin kendaraan mewajibkan bahan bakar dengan kualitas lebih tinggi daripada Premium.

"Teknologi mesin kendaraan juga sekarang memang tidak menyarankan pakai Premium, mintanya yang oktan lebih tinggi. Pertalite lah setidaknya. Kalau masih pakai Premium itu bisa bikin part mesinnya sebentar umurnya, at the end gede juga cost-nya," kata Sani.

Meski mendukung BBM jenis Premium dihapus, Sani menggarisbawahi pemerintah diminta tetap memberikan bantuan stimulus, khususnya pada angkutan kota yang banyak menggunakan Premium.

Pasalnya, dengan dihapusnya Premium, maka angkutan yang masih menggunakan Premium harus melakukan penyesuaian biaya. Kalau mau menaikkan tarif dikhawatirkan akan menimbulkan masalah sosial.

"Ya mungkin kan jumlahnya masih lumayan banyak, meskipun kalau persentasenya bakal kecil, tapi masih ada yang pakai Premium. Mereka ini harus menyesuaikan biayanya kalau (Premium) dihapus, makanya pemerintah daerah lah bisa kasih stimulus untuk bantu mereka," ujar Sani.

"Kan kalau naikkan tarif takutnya jadi masalah sosial," sambungnya.


Hide Ads