Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Harris mengatakan perkembangan tren energi global mendorong negara-negara di dunia untuk melakukan transformasi energi. Dalam hal ini, Indonesia memprioritaskan akselerasi pengembangan energi bersih berbasis energi baru dan energi terbarukan (EBT). Melihat perkembangan teknologi EBT yang cepat dan kompetitif dengan energi fosil.
Pemerintah yakin transisi energi perlu dilakukan secara komprehensif.
"Hal yang mendorong transformasi energi antara lain perubahan iklim, peningkatan kesejahteraan, keadilan energi, tren biaya EBT yang terus menurun, upaya peningkatan kualitas udara, dan peningkatan ketahanan energi. Dalam proses transformasi ini, Indonesia terus berupaya untuk mengakselerasi pengembangan EBT agar target 23% EBT pada bauran energi nasional tahun 2025 tercapai," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (19/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut ia sampaikan dalam acara Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir, Rabu (18/11). Harris menyampaikan rencana penambahan PLT EBT hingga tahun 2035 ditargetkan mencapai 37,30 GW.
Guna mewujudkan hal tersebut, Pemerintah akan melakukan strategi pengembangan EBT antara lain implementasi PP tentang harga PLT EBT, pengembangan REBID melalui PLTA dan PLTP skala besar yang terintegrasi dengan industri, pengembangan PLTS Skala Besar, pengembangan REBED untuk memacu perekonomian wilayah termasuk daerah 3T, serta pengembangan biomassa melalui kebun/hutan energi, limbah pertanian dan sampah kota.
Pemerintah juga akan menambah jaringan transmisi, menjadikan Nusa Tenggara Timur sebagai lumbung energi (PLTS), serta meningkatkan kualitas data dan informasi panas bumi melalui program eksplorasi panas bumi.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, Harris menjelaskan pengembangan energi nuklir dipersiapkan menjadi opsi penyediaan listrik di masa depan dan program pengembangannya melibatkan Kemenristek, Kementerian ESDM dan BATAN.
"Opsi penyediaan listrik untuk masa depan dalam RPJM salah satunya adalah pengembangan PLTN di Kalimantan Barat, kemudian peningkatan penguasaan teknologi sebagai garda terdepan dalam hal ini aspek teknis tentunya, yang dikoordinir oleh teman-teman Batan. Lalu ada kerjasama luar negeri dan research power house project," paparnya.
Adapun langkah yang sudah tercantum dalam RPJM 2020-2024 meliputi langkah penelitian, pengembangan, mendorong penguasaan teknologi, membangun kerjasama, menganalisis multi kriteria dan menyusun roadmap nuklir.
"Memang sampai dengan 2024 belum ada pembangunan disana tetapi diharapkan bahwa nuklir menjadi satu opsi penyedia listrik yang sangat baik ke depan," pungkasnya.
(akn/hns)