Denmark akan mengakhiri semua eksplorasi minyak dan gas (migas) di Laut Utara. Hal itu merupakan bagian dari rencana menghentikan bahan bakar fosil pada 2050 mendatang.
Pemerintah Denmark juga sepakat untuk membatalkan putaran perizinan terbaru kepada perusahaan yang mencari dan memproduksi minyak dan gas.
"Kami sekarang mengakhiri era fosil," kata Menteri Urusan Iklim Denmark Dan Jorgensen dikutip dari BBC, Jumat (4/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk diketahui, Denmark saat ini merupakan produsen minyak terbesar di Uni Eropa, meskipun produksinya jauh lebih sedikit daripada Norwegia atau Inggris yang bukan anggota UE.
Denmark tercatat mampu memompa 103.000 barel per hari pada 2019, menurut analisis dari raksasa minyak Inggris BP. Ada 55 anjungan pengeboran di negara itu, di 20 ladang minyak dan gas.
"Kami adalah produsen minyak terbesar Uni Eropa dan karena itu keputusan ini akan bergema di seluruh dunia," sambungnya.
Keputusan itu akan merugikan Denmark sekitar 13 miliar krone (Β£ 1,1 miliar), menurut perkiraan kementerian Energi, meskipun dikatakan jumlah ini masih tunduk pada ketidakpastian yang substansial.
Denmark dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki target iklim paling ambisius di dunia. Selain menhentikan eksplorasi minyak dan gas baru, Denmark punya target ingin mengurangi emisi gas rumah kaca hingg mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050.
Kedua target itu telah disahkan menjadi undang-undang.
Langsung klik halaman selanjutnya.