Denmark Bakal Setop Berburu Migas

Denmark Bakal Setop Berburu Migas

Soraya Novika - detikFinance
Jumat, 04 Des 2020 19:35 WIB
Pengeboran minyak dan gas lepas pantai
Ilustrasi/Foto: Dok. Reuters
Jakarta -

Denmark akan mengakhiri semua eksplorasi minyak dan gas (migas) di Laut Utara. Hal itu merupakan bagian dari rencana menghentikan bahan bakar fosil pada 2050 mendatang.

Pemerintah Denmark juga sepakat untuk membatalkan putaran perizinan terbaru kepada perusahaan yang mencari dan memproduksi minyak dan gas.

"Kami sekarang mengakhiri era fosil," kata Menteri Urusan Iklim Denmark Dan Jorgensen dikutip dari BBC, Jumat (4/12/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk diketahui, Denmark saat ini merupakan produsen minyak terbesar di Uni Eropa, meskipun produksinya jauh lebih sedikit daripada Norwegia atau Inggris yang bukan anggota UE.

Denmark tercatat mampu memompa 103.000 barel per hari pada 2019, menurut analisis dari raksasa minyak Inggris BP. Ada 55 anjungan pengeboran di negara itu, di 20 ladang minyak dan gas.

ADVERTISEMENT

"Kami adalah produsen minyak terbesar Uni Eropa dan karena itu keputusan ini akan bergema di seluruh dunia," sambungnya.

Keputusan itu akan merugikan Denmark sekitar 13 miliar krone (Β£ 1,1 miliar), menurut perkiraan kementerian Energi, meskipun dikatakan jumlah ini masih tunduk pada ketidakpastian yang substansial.

Denmark dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki target iklim paling ambisius di dunia. Selain menhentikan eksplorasi minyak dan gas baru, Denmark punya target ingin mengurangi emisi gas rumah kaca hingg mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050.

Kedua target itu telah disahkan menjadi undang-undang.

Langsung klik halaman selanjutnya.

Kepala Kebijakan Iklim dan Lingkungan di Greenpeace Denmark, Helene Hagel, mengatakan bahwa pengumuman baru itu berarti "negara tersebut dapat menegaskan dirinya sebagai pelopor hijau dan menginspirasi negara lain untuk mengakhiri ketergantungan kita pada bahan bakar fosil yang merusak iklim.

"Ini adalah kemenangan besar bagi gerakan iklim dan semua orang yang telah mendorongnya selama bertahun-tahun untuk mewujudkannya," kata Hagel.

Pemerintah di seluruh dunia juga telah berkomitmen untuk mengambil tindakan serupa terkait perubahan iklim sebagai bagian dari rencana yang lebih luas untuk memenuhi tujuan Perjanjian Paris.

Salah satunya, Inggris, punya target untuk mengurangi emisi karbonnya setidaknya 68% dari level tahun 1990 pada akhir tahun 2030. Setidaknya demikian menurut pengumuman Perdana Menteri Boris Johnson, Jumat (4/12).

Namun, para ilmuwan mengatakan bahwa meskipun Inggris dan negara lain menepati janji mereka untuk mengurangi emisi, tidak ada jaminan dunia akan terhindar dari pemanasan global yang serius.


Hide Ads