Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Anhar Riza Antariksawan memaparkan pihaknya sudah memetakan beberapa lokasi yang bisa dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Bahkan, studi kelayakan pernah dilakukan sejak tahun 1990-an.
Anhar menjelaskan studi kelayakan pertama dilakukan pada tahun 1991-1996 oleh Batan. Lokasinya di semenanjung Muria, Pati, Jawa Tengah. Dari situ didapatkan tiga lokasi paling potensial, Ujung Lemahabang, Ujung Genggrengan, dan Ujungwatu. Paling potensial di Ujung Lemahabang, dan dapat dibangun PLTN berkapasitas 7 ribu mega watt elektrik.
"Studi kelayakan, kita sudah melakukan sejak 1990-an. Di Semenanjung Muria ini, ada Ujung Lemahabang mampu menjadi 7 ribu megawatt elektrik. Namun aksesibilitas penerimaan masyarakat kurang baik," jelas Anhar dalam rapat dengan Komisi VII DPR RI, di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (8/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Studi kelayakan berikutnya dilakukan di medio 2011-2013, letaknya di Provinsi Bangka Belitung. Studi itu dilakukan Batan bekerja sama dengan PLN.
Dari studi kelayakan itu didapatkan daerah Bangka Barat bisa dibangun PLTN berkapasitas 6 ribu megawatt elektrik dan Bangka Selatan 4 ribu megawatt elektrik.
"Lalu di tahun 2011 dan 2013 ada dua calon yang layak di Bangka Barat itu bisa 6 ribu megawatt elektrik dan Bangka Selatan 4 ribu megawatt elektrik," papar Anhar.
Studi kelayakan paling baru dilakukan di Kalimantan Barat (Kalbar). Batan bekerja sama dengan Pemprov Kalbar beserta perguruan tinggi di daerah tersebut.
Studi ini masuk ke dalam program prioritas riset nasional, dimulai dari 2020-2024. Hasil terakhir, Anhar menyebut daerah Pantai Gosong bisa berpotensi besar untuk pembangunan PLTN.
"Saat ini kita lakukan di Kalbar, ini masuk ke dalam program prioritas riset nasional. Ada beberapa calon survei, sepertinya daerah Pantai Gosong yang layak, ini masih studi kita belum bisa keluarkan hasilnya," jelas Anhar.
(ara/ara)