Harga minyak menguat sembilan hari berturut-turut hingga Rabu. Itu menjadi reli terpanjang dalam dua tahun. Kenaikan tersebut didukung oleh pengurangan pasokan oleh produsen dan harapan bahwa vaksin akan mendorong pemulihan permintaan.
Turunnya persediaan minyak mentah AS juga mendukung kenaikan harga. Stok minyak mentah turun tiga minggu berturut-turut, yakni turun 6,6 juta barel menjadi 469 juta barel. Menurut Administrasi Informasi Energi, Itu merupakan yang terendah sejak Maret.
"Kombinasi aktivitas penyulingan yang lebih tinggi dan impor yang lebih rendah menghasilkan penarikan persediaan minyak ketiga berturut-turut," kata Matt Smith, direktur riset komoditas di ClipperData dilansir dari Reuters, Kamis (11/2/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Minyak mentah Brent ditutup naik 38 sen atau 0,6% menjadi US$ 61,47 per barel setelah menyentuh level tertinggi 13 bulan di US$ 61,61. Sementara minyak mentah AS naik 32 sen atau 0,6% menjadi US$ 58,68 per barel.
Harga minyak mentah Brent tercatat telah naik selama sembilan sesi berturut-turut, menjadi periode kenaikan terpanjang sejak Desember 2018 hingga Januari 2019.
Beberapa analis mengatakan harga minyak telah bergerak terlalu jauh di depan fundamental yang mendasarinya.
"Tingkat harga saat ini lebih sehat daripada pasar sebenarnya dan sepenuhnya bergantung pada pengurangan pasokan, karena permintaan masih perlu pulih," kata Bjornar Tonhaugen dari Rystad Energy.
Minyak mentah melonjak sejak November karena pemerintah memulai program vaksinasi untuk COVID-19, ditambah paket stimulus untuk meningkatkan aktivitas ekonomi.
Baca juga: Harga Minyak Naik, Wall Street Semringah |
Lihat juga Video: Harga Sembako 19 November 2020: Harga Minyak Curah di Jakarta Turun