Jakarta -
PT Pertamina (Persero) mengungkapkan kebutuhan belanja hingga 2024 mencapai US$ 92 miliar. Itu setara Rp 1.314 triliun (kurs Rp 14.284/US$).
"Jadi dalam 5 tahun ke depan hingga 2024 ini total capex kita itu kurang lebih US$ 90 miliar," kata Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini dalam webinar Prospek BUMN 2021 Sebagai Lokomotif PEN dan Sovereign Wealth Fund, kemarin Kamis (4/3/2021).
Mayoritas kebutuhan belanja tersebut untuk sektor upstream, yaitu US$ 64 miliar. Rinciannya, untuk merger dan akuisisi US$ 45 miliar, BD organik US$ 14 miliar, dan NBD organik US$ 5 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu untuk sektor downstream US$ 20 miliar, dengan rincian kilang baru dan upgrade kilang eksisting Pertamina US$ 18 miliar, serta distribusi dan pemasaran infrastruktur US$ 2 miliar. Berikutnya untuk gas, power dan NRE US$ 8 miliar. Rinciannya adalah pipa T&D; US$ 4 miliar, liquefaction & tegas unit US$ 300 juta, IPP US$ 3 miliar dan lain-lain US$ 700 juta.
Untuk tahun ini saja, Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury menyebut investasi Pertamina mencapai US$ 10 miliar.
"Pertamina yang diharapkan di tahun ini akan melakukan investasi dengan total jumlah sebesar US$ 10 miliar," kata Pahala.
Bersumber dari mana uang sebanyak itu? baca di halaman selanjutnya.
Simak juga video 'Saran Perencana Keuangan Aidil Akbar Jika Rugi Investasi Saham':
[Gambas:Video 20detik]
Emma menjelaskan Pertamina tidak menggunakan dana milik perusahaan sepenuh. Bahkan perusahaan migas milik negara itu mengharapkan dapat menghimpun dana dari Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA), atau dikenal sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF).
"Kita akan mengharapkan dari sisi capital financing apakah itu dari commercial bank, apakah dari multilateral, kemudian dari SWF dan juga tentunya dari SMI, dan juga other financier yang lain," jelasnya.
Setidaknya dari kebutuhan belanja US$ 92 miliar, Pertamina akan menggunakan sumber keuangan internal sekitar 38%. Sisanya yang kurang lebih 62% akan mengandalkan pendanaan dari luar.
"Kita sangat terbuka dan ke depan Pertamina sangat open terhadap private investment. Kita akan structure-kan dan kita akan lebih mengoptimalkan untuk strategic partnership, baik partnership dengan financial investor, ataupun dengan strategic investor yang bringing teknologi atau knowledge, ataupun teknikal kapabilitas," tambah Emma.
Investasi oleh BUMN diharapkan mampu mendukung pemulihan ekonomi nasional yang kini tertekan imbas pandemi virus Corona (COVID-19).
"Kita berharap bahwa kegiatan ini tentunya akan mendorong dan juga men-jump start kegiatan ekonomi di Indonesia sehingga dengan adanya investasi yang cukup besar tersebut diharapkan ekonomi akan segera bergerak," Pahala menambahkan.