Fajar mengingatkan, saat ini negara lain juga meningkatkan kapasitas produksi seperti China maupun Amerika. Adapun Malaysia, melalui Petronas saat ini masih terkendala. Karena itu, perlu memanfaatkan peluang pasar di dalam negeri yang terus tumbuh bagus agar jangan sampai diambil oleh pemain luar negeri.
"Kuncinya sekarang siapa duluan membangun pabrik, duluan jadi, itu akan mampu mengambil peluang lebih banyak, dari pasar besar di Indonesia," ujar Fajar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi, Presiden sudah mewanti-wanti untuk benar benar memilih produk dalam negeri, 'tidak memprioritaskan' produk impor sehingga memberikan gaung bagi industri dalam negeri bisa bergerak lebih cepat agar impor produk bahan baku petrokimia bisa dikurangi.
Saat ini, asosiasi juga sudah siapkan non tarif barrier untuk antisipasi, kemudian memagari dengan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Misal untuk pengadaan barang jasa yang dibiayai APBN, kandungan TKDN harus tinggi.
Masalah TKDN juga menjadi perhatian TubanPetro. Saat ini TKDN Polytama misalnya, sudah 80 persen lebih sehingga jadi prioritas di Kementerian Lembaga. Sehingga bisa memasok bahan baku untuk memproduksi karung di industri semen, pupuk, dll. Kemudian produk-produk TubanPetro Group bisa digunakan di infrastruktur terutama pipa, alat medis, produk higienis, injeksi, hingga kebutuhan alat infus.
"Jadi, market masih menjanjikan selama perusahan industri mampu melakukan penetrasi dan membuat market mana yang menjadi fokus," tegasnya.
Direktur Utama TubanPetro Sukriyanto menyampaikan, selama pandemi kinerja PT Tuban Petrochemical Industries (TubanPetro) tetap tumbuh seiring kenaikan permintaan dari pasar dalam negeri.
Sukriyanto menegaskan, kemampuan perusahaan untuk mengembangkan bisnis di tengah COVID-19 menjadi bukti bahwa kebijakan restrukturisasi terhadap TubanPetro yang dilakukan Pemerintah bersama Pertamina merupakan langkah tepat. Kini, TubanPetro konsisten melakukan perluasan kapasitas produksi di anak usaha.
Perusahaan optimistis bisnis petrokimia ke depan akan tetap cerah. Apalagi di tengah COVID-19, berbagai produk alat kesehatan yang notabene memerlukan berbagai bahan baku dari petrokimia, dari sisi permintaan dan kebutuhan industri terus tumbuh. Seperti kebutuhan untuk produk alat kesehatan, obat-obatan, hingga masker medis.
"Kebutuhan terhadap produk petrokimia di tengah COVID-19 tidak berkurang. Di berbagai anak usaha, penjualan produk petrokimia kami juga tetap tumbuh. Selama pandemi, kapasitas produksi di anak usaha, tidak ada pengurangan sama sekali, bahkan tumbuh," tegas Sukriyanto.
Ke depan, TubanPetro akan mengintegrasikan kilang aromatic dengan olefin dan downstream agar lebih efisien dan kompetitif. Hal ini dilakukan untuk menaikkan pendapatan perusahaan dan memenuhi kebutuhan domestik paraxylene serta menurunkan impor.
Dihubungi terpisah, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi, mengamini, selama pandemi kinerja perusahaan yang memproduksi bahan baku petrokimia memang tetap tumbuh mengingat sangat dibutuhkan sebagai bahan baku berbagai industri.
"Ketika pandemi industri dalam negeri juga mampu memenuhi permintaan yang melonjak," ucap Fahmy.
Karena itu, agar produk petrokimia dalam negeri bisa menjadi tuan rumah, berbagai kilang minyak yang ada harus terintegrasi. Tidak hanya mengolah BBM standard Euro-4, tetapi juga menghasilkan produk petrokimia.
Ia menilai, posisi TubanPetro yang sudah menjadi bagian Pertamina dan tergabung dalam group usaha Kilang Pertamina International (KPI), harus dioptimalkan, utamanya untuk sektor petrokimia. Sehingga bisa menekan impor petrokimia dalam jumlah besar. Apalagi desain awal memang untuk produk-produk aromatik yang mampu mendukung industri lain.
Berbagai perluasan kapasitas produksi anak usaha TubanPetro dapat segera dijalankan dan selesai tepat waktu sehingga dalam jangka panjang akan turut mengurangi ketergantungan industri dalam negeri terhadap bahan baku produk petrokimia dari luar.
"TubanPetro harus menjadi backbone industri petrokimia di Indonesia, yang prospektif dalam jangka panjang dan memiliki kinerja baik," tegasnya.
Simak Video "Video Dahsyatnya Kebakaran Kilang Minyak di Teheran Buntut Serangan Israel"
[Gambas:Video 20detik]
(dna/dna)