BUMN China Garap Proyek Smelter di Papua Barat

BUMN China Garap Proyek Smelter di Papua Barat

Trio Hamdani - detikFinance
Selasa, 13 Apr 2021 14:27 WIB
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenkomarves) terus mengakselerasi hilirisasi nikel melalui percepatan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo.
Foto: dok. Kemenkomarves
Jakarta -

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melakukan kerja sama dengan China ENFI Engineering Corporation (ENFI). Lewat kerja sama tersebut, BUMN asal Negeri Tirai Bambu itu akan menggarap proyek peleburan/smelter tembaga.

Kerja sama itu dituangkan dalam Nota Kesepahaman yang ditandatangani oleh Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dan President ENFI Liu Cheng secara daring pada kemarin Senin (12/4/2021).

Industri smelter tembaga itu rencananya akan dibangun di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Smelter itu nantinya akan dimanfaatkan juga untuk mengolah hasil tambang PT Freeport Indonesia (PTFI) di Papua.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setelah nota kesepahaman ini ditandatangani, saya minta kita tidak lama-lama proses implementasi. Nanti urusan perizinan dan insentif fiskal, BKPM yang akan bantu, selama proposal dari China ENFI adalah yang terbaik dan menguntungkan Freeport, China ENFI, dan Indonesia," kata Bahlil lewat keterangan tertulis, Selasa (13/4/2021).

Pemerintah dipastikan Bahlil serius mendukung rencana investasi tersebut dan menjamin ketersediaan suplai bahan baku yang akan disediakan oleh PTFI sedikitnya 800.000 ton/tahun. Proyek itu sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai transformasi ekonomi melalui peningkatan nilai tambah dan ekspor Indonesia ke dunia.

ADVERTISEMENT

Pada kesempatan yang sama, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan dukungannya atas kerja sama BKPM dengan China ENFI dalam proyek peleburan tembaga tersebut.

Arifin menyatakan pengelolaan usaha pertambangan, termasuk pengelolaan mineral memiliki ciri modal yang padat, teknologi tinggi, dan adanya ketidakpastian. Oleh karena itu dibutuhkan kajian yang sangat mendalam agar keekonomiannya dapat terhitung secara baik.

"Dengan adanya kerja sama dengan pemerintah Indonesia, yang dalam hal ini diwakili oleh BKPM dengan ENFI, kami harap dapat memberikan nilai tambah pembangunan fasilitas pemurnian tembaga (smelter) yang kompetitif di Indonesia, pengelolaan industri berbasis tembaga lebih berkembang, dan mendorong industri lain demi kesejahteraan masyarakat," ujar Arifin.

Lanjut halaman berikutnya.

Simak juga 'Kelompok Masyarakat di Papua Dukung Kelanjutan Otonomi Khusus':

[Gambas:Video 20detik]

Kemudian, Presiden China ENFI Liu Cheng menyampaikan apresiasi atas dukungan yang diberikan pemerintah Indonesia untuk merealisasikan proyek tersebut. Pihaknya berharap proyek dapat berjalan dengan baik dan cepat selesai.

"Kami sangat bangga bisa terjun di proyek ini. Terima kasih atas dukungan pemerintah Indonesia, terutama BKPM, Kementerian ESDM, dan Kementerian BUMN. Setelah ini, kami akan sesegera mungkin menyelesaikan preliminary study agar proyek bisa cepat selesai. Kami juga akan merangkul Freeport dan MIND ID untuk bersama dalam proyek ini," ungkapnya.

Menindaklanjuti nota kesepahaman tersebut akan dibentuk tim kecil dari pihak pemerintah Indonesia dan China ENFI. Perusahaan Tiongkok itu akan mengunjungi Indonesia dalam waktu dekat untuk melakukan pembahasan teknis atas kelanjutan proyek.

Sebagai informasi, ENFI merupakan perusahaan milik negara teregister di Beijing, China, dan merupakan anak perusahaan dari MCC Group dalam usaha penyediaan teknologi smelter, pembangunan industri smelter, khususnya tembaga, nikel, aluminium, dan logam non besi lainnya.

BKPM dan ENFI akan bekerja sama untuk membantu dan mendukung rencana investasi dan pembangunan peleburan tembaga di Indonesia. Kapasitas peleburan tembaga yaitu Katoda Tembaga 400.000 ton per tahun yang akan dibagi menjadi dua tahap. Dalam proyek ini, perusahaan akan melibatkan perusahaan lokal Indonesia sebagai mitra strategis yaitu PT Freeport Indonesia dan MIND ID.

ENFI telah menunjuk PT Rasamala Metallurgy Indonesia (RMI) selaku liaison atau perwakilan di Indonesia.

"Kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah RI atas terlaksananya MoU (nota kesepahaman) antara BKPM dengan ENFI. Pasca-penandatanganan MoU, RMI segera membantu ENFI untuk melakukan preliminary study serta mengimplementasikan proyek kerja sama industri smelter tembaga ini," kata Direktur PT RMI Carlos Kaparang.

"Investasi ENFI ini menandakan jejak langkah awal positif bagi iklim investasi tambang dan energi di Indonesia," Carlos menambahkan.

ENFI akan menggelontorkan investasi sebesar 2,3 miliar dolar AS dalam dua tahap, untuk pembangunan smelter di Fakfak ini. Pada Mei 2021, tim teknis ENFI akan mengunjungi Indonesia guna melakukan studI kelayakan (feasibility study) serta membahas secara teknis kelanjutan proyek ini, dengan BKPM, PT Freeport Indonesia, dan MIND ID.

"Kami berharap setelah Lebaran ini tim ENFI dari China dapat langsung meninjau lokasi dan melakukan koordinasi dengan tim teknis dari para mitra strategis yang terlibat dalam proyek peleburan tembaga ini," jelas Carlos.

Di sisi lain, selain proyek peleburan tembaga ini, RMI juga mendukung kebijakan peningkatan nilai tambah mineral dalam negeri, sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, dengan menciptakan industri hilir baru.

"Upaya kami untuk menciptakan downstream atau industri hilir baru, selagi proyek smelter ini dibangun, bertujuan untuk memperkuat serta memberikan nilai tambah tembaga, lapangan kerja, serta keseimbangan antara perusahaan dengan pemerintah," demikian Carlos.

(toy/fdl)

Hide Ads