Jakarta -
Insiden kebakaran di area Kilang Balongan yang ada di Indramayu, Jawa Barat jadi sorotan banyak pihak. Bahkan, Ombudsman Republik Indonesia juga ikut turun tangan pelototi kejadian ini.
Ombudsman mengumumkan hasil investigasinya perihal tragedi ledakan dan kebakaran di Kilang Balongan yang dioperasikan PT Pertamina (Persero). Kebakaran itu terjadi pada dini hari Senin, 29 Maret 2021.
Menurut anggota Ombudsman Hery Susanto, sebelum terjadi ledakan yang berujung kebakaran di area kilang, masyarakat sudah mencium bau menyengat dari arah kilang sejak sore hari sebelumnya atau Minggu, 28 Maret 2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, menurutnya, per pukul 21.30 WIB, masyarakat menggeruduk kantor Humas Pertamina untuk meminta penjelasan soal bau menyengat dari dalam kilang. Namun masyarakat tidak mendapatkan jawaban.
"Karena merasa tidak digubris, warga menjadi emosional dan melakukan aksi lempar ke kantor Pertamina. Pukul 22.00 WIB, protes warga dibubarkan Polsek Balongan," papar Hery dalam konferensi pers virtual, Rabu (14/4/2021).
Kemudian masyarakat sempat mendengar ledakan kecil dari dalam Kilang Balongan pada pukul 23.45 WIB. Ledakan kembali terjadi dan cukup besar intensitasnya sekitar pukul 00.45 WIB, membuat warga yang protes di kantor Pertamina berhamburan.
"Setelah terjadi ledakan besar, warga mulai berhamburan. Bahkan di lokasi kejadian terdapat mobil Polsek juga terbakar," ujar Hery.
Ironisnya, pada waktu yang sama, ada enam warga sekitar yang melintasi kilang setelah melakukan pengajian Nisfu Sya'ban. Sebanyak enam orang ini disebut mengalami luka berat, kemudian ada juga 15 orang dengan luka ringan, yang merupakan warga yang tinggal di dekat lokasi.
"Kemudian ini ada enam orang baru pulang pengajian Nisfu Sya'ban nggak sengaja melintas saat ledakan. Mereka terempas dan mendapatkan luka berat," papar Hery.
Apa yang terjadi di dalam Kilang Balongan saat kebakaran terjadi? Cek halaman berikutnya.
Menurut Hery, dari laporan Pertamina, kebakaran terjadi pertama kali di salah satu tangki Pertalite yang letaknya di pojok kilang. Tangki yang terbakar bernomor 42-T-301-G. Setelah tangki terbakar, api menyambar ke tiga tangki lainnya: 42-T-301-F, 42-T-301-E, dan 42-T-301-H.
"Jumlah tangki yang terbakar ada 4 atau 7 persen dari total tangki, yang mencapai 41 di dalam kilang. Luas area yang terbakar adalah 2 hektare," papar Hery.
"Ini disinyalir akibat bau menyengat tadi ada zat yang dipicu meledak setelah kena petir," lanjutnya.
Menurut Hery, dari laporan Pertamina, setelah tangki 42-T-301-G terbakar, isi di dalam tangki tersebut langsung ditransfer ke dua tangki yang tak terbakar. Hal ini untuk menurunkan level minyak di tangki yang terbakar.
"Kemudian Pertamina melakukan penutupan valve dan mengisolasi area," ujar Hery.
Kerugian Pertamina setelah kejadian ini dilaporkan Hery berupa kerusakan 4 tangki yang terbakar dengan volume BBM senilai 25.328 kiloliter. Kemudian, ada dua unit pickup kilang yang terbakar, dan kerusakan beberapa bangunan kilang.
"BBM yang ikut terbakar ada di tangki 42-T-301-G sebesar 23.290 kiloliter dan 42-T-301-E sebesar 2.038 kiloliter. Dua tangki lainnya sedang kosong," ujar Hery.
Kejadian kebakaran di area Kilang Balongan pun bukan cuma sekali terjadi. Sudah ada tiga kejadian kebakaran yang pernah terjadi sejak tahun 2007. Kejadian pertama terjadi pada bulan Oktober 2007, kejadian ini hanya mengganggu fasilitas pembuangan limbah.
Kemudian kebakaran juga terjadi pada 4 Januari 2019, kali ini kebakaran berdampak pada fasilitas pemasok gas milik PT Pertamina EP.
Terakhir, kebakaran terjadi belum lama ini. Kebakaran terjadi pada 29 Maret 2021 dini hari. Dalam peristiwa ini ada empat tangki berisi Pertalite di area kilang Balongan yang terbakar.
"Meski kebakaran insiden ini tidak pengaruhi pasokan BBM. Dari 71 tangki hanya ada 4 yang terbakar," ujar Hery.
Bagaimana langkah Pertamina? Buka halaman selanjutnya.
Dana Dibayarkan, Perbaikan Fasum Fasos Segera Dimulai
Pertamina menepati komitmennya untuk segera memberikan biaya perbaikan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang terdampak insiden di Kilang Balongan pada Sabtu (10/4) bertempat di Kecamatan Balongan.
Tim internal Pertamina telah berhasil memverifikasi 61 unit fasum dan fasos di 6 desa terdampak yakni Desa Balongan, Rawadalem, Sukareja, Sukaurip dan Tegalurung yang berada di Kecamatan Balongan.
Sebelum penyampaian biaya perbaikan, dilakukan sosialisasi kepada perwakilan dari pengelola fasum fasos tersebut untuk menginformasikan mekanisme penilaian kerusakan, pembayaran serta pertanggungjawaban penggunaan biaya perbaikan.
Nampak hadir dalam sosialisasi tersebut adalah Asisten Daerah II Kabupaten Indramayu , Maman Kostaman, Camat Balongan Udi Mashudi, dan tim Pertamina untuk penanggulangan dampak sosial dan lingkungan.
"Menjelang Ramadhan, diutamakan perbaikan fasum sehingga bisa secepatnya digunakan untuk beribadah. Sedangkan untuk penggantian perbaikan kerusakan rumah warga akan disampaikan segera setelah verifikasi selesai." terang Camat Balongan, Udi Mashudi
Perbaikan fasum dan fasos ditargetkan dapat diselesaikan secara swakelola dalam jangka waktu sekitar 5 hari dimulai pada hari Minggu. Harapannya fasilitas ibadah seperti masjid dan musholla dapat segera dipergunakan warga untuk beribadah di bulan Ramadhan.
Salah satu perwakilan pengelola fasum fasos yang turut menerima biaya perbaikan, Suradi dari Blok Kesambi Desa Balongan mengucapkan terima kasih atas pemberian biaya perbaikan terhadap musholla Baitul Muslimin.
Sementara itu, tim verifikasi gabungan juga masih terus melakukan verifikasi kerusakan rumah warga. Dari 3100 laporan, telah selesai dilakukan verifikasi sebanyak 2250 unit dan sisanya ditargetkan akan selesai pada awal minggu depan.