Produksi mobil listrik mengerek permintaan terhadap baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (baterai EV). Hal itu membuat indeks harga lithium terbang alias melonjak 59% sejak April 2020 menurut data Benchmark Mineral Intelligence.
Dilansir dari Reuters, Jumat (7/5/2021), melonjaknya harga lithium sebagai bahan baku utama baterai EV membuat sejumlah produsen lithium mencetak laba besar-besaran. Misalnya saja Albemarle Corporation asal Amerika Serikat (AS) yang membukukan laba bersih yang cukup besar pada kuartal I-2021 ini, dan diperkirakan akan terus meningkat sepanjang 2021.
Begitu juga produsen lithium raksasa asal China seperti Jiangxi Ganfeng Lithium Co Ltd, dan juga SQM asal Chili. Keduanya juga mencetak keuntungan yang besar pada kuartal I-2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, produsen lithium dari China lainnya, yakni Tianqi Lithium Corporation bisa mengurangi utangnya karena keuntungan besar di tahun ini. Sebelumnya, Tianqi telah dibebani utang karena harga lithium yang rendah selama bertahun-tahun.
Perkiraan menyerukan permintaan logam putih melonjak dari sekitar 320.000 ton per tahun tahun lalu menjadi lebih dari 1 juta ton per tahun pada tahun 2025, ketika banyak pembuat mobil berencana untuk meluncurkan armada EV baru, menurut Benchmark.
Pada tahun 2025, permintaan lithium diproyeksi tembus lebih dari 200.000 ton. Angka itu akan melebihi pasokan yang dimiliki para produsen. Oleh sebab itu, sejumlah pengamat menilai harga lithium perlu naik lagi agar produsen punya modal cukup untuk membangun lebih banyak tambang lithium. Sayangnya, hal itu akan membebani harga kendaraan listrik yang akan dibayar konsumen.
"Beberapa tahun ke depan akan terjadi kritis pasokan lithium, dan itulah mengapa saat ini mulai terlihat harga komoditas mengalami kenaikan," kata konsultan industri lithium independen Chris Berry.
Sejak Januari 2021, sejumlah produsen mobil listrik dan suku cadangnya seperti General Motors, Ford, LG Energy Solution, dan SK Innovation telah menyatakan komitmen untuk membangun pabrik kendaraan listrik senilai miliaran dolar.
Tak hanya dari industri, regulator di berbagai negara juga menyatakan komitmen untuk membangun ekosistem kendaraan listrik. Misalnya Presiden AS Joe Biden yang telah mengusulkan dana untuk meningkatkan penjualan kendaraan listrik dan membangun infrastrukturnya sebesar US$ 174 miliar atau setara Rp 2.463 triliun (kurs Rp 14.156). Uni Eropa juga memiliki rencana serupa.
Untuk menyambut kenaikan permintaan baterai EV, sejumlah produsen berencana meningkatkan produksi. Pertama ialah Livent Corporation asal AS yang akan menggandakan produksi lithium menjadi 115.000 ton per tahun.
Albemarle juga akan menggandakan produksi lithium menjadi 175.000 ton pada akhir 2021. SQM juga akan meningkatkan produksi lithium karbonat sebesar 71% menjadi 120.000 ton, dan harus selesai pada bulan Desember mendatang.
Kemudian, produsen lithium asal Australia, Orocobre Ltd bahkan menggelontorkan dana sebesar US$ 1,4 miliar atau setara Rp 19,8 triliun untuk mengakuisisi saingannya, yakni Galaxy Resources Ltd untuk membangun pabrik lithium terbesar kelima di dunia.