Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa meninjau Terminal Kijing di Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa (18/5). Dalam kunjungannya, Fanshurullah menyatakan bahwa BPH Migas bersama Pertamina dan AKR sedang berupaya memaksimalkan utilisasi di sektor hilir migas untuk Terminal Kijing.
Pria yang akrab disapa Ifan ini pun menambahkan pihaknya bersama Universitas Tanjungpura (Untan) telah melakukan penandatanganan MoU terkait kerja sama kajian akademik dalam memaksimalkan utilisasi sektor hilir migas di pelabuhan Kijing.
"Terminal Kijing adalah pelabuhan yang orisinil dibangun PT. Pelindo mulai dari nol, karena itu, pemanfaatannya mesti dimaksimalkan," ujar Ifan dalam keterangan tertulis, Rabu (19/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait hal ini, Terminal Kijing akan diproyeksikan menjadi kawasan pelabuhan terbesar di Kalimantan sekaligus menjadi salah satu pelabuhan strategis di Indonesia.
Dengan luas total mencapai 200 hektare dan trestle sepanjang 3,45 km, Terminal Kijing dirancang dapat melayani kapal kontainer berkapasitas di atas 10 ribu TEUs (twenty-foot equivalent unit) dengan ukuran container sebesar 20 feet, sedangkan untuk 40 feet dapat melayani kapal berkapasitas 2 TEUs.
Terminal peti kemas di Kijing juga dibangun dengan kapasitas 2 juta TEUs per tahun. Dengan demikian, potensi ini dapat dikembangkan tidak sebatas untuk peti kemas, melainkan untuk penyimpanan maupun jaringan pipa layak secara optimal.
Ifan menjelaskan pengoptimalan pemanfaatan pelabuhan Kijing dapat dilakukan salah satunya melalui pemindahan terminal bahan bakar minyak (TBBM) Siantan, yang draf kedalaman hanya 4 m karena adanya sedimentasi. Hal ini mengingat setiap bongkar harus dipindahkan dahulu ke kapal kecil sehingga menyebabkan higt cost. Oleh karena itu, berdasarkan kajian akademik Ifan mengimbau agar dilakukan pemindahan dahulu ke Kijing sehingga lebih efisien.
Selain itu, Ifan mengungkapkan elpiji PT.Gemilang Asia Sejahtera juga sebaiknya dipertimbangkan untuk bergeser ke Kijing. Demikian juga dengan AKR, yang sedang lelang untuk chemicalnya ke BAI. Menurut Ifa, jika nantinya lelang tersebut menang maka kemungkinan untuk pindah akan besar karena mobilitasnya lebih cepat.
"Karena itu Pertamina mesti siap, jangan sampai kalah dengan swasta. Kemudian LNG, meskipun gas tidak ada di Kalbar, namun ada peluang dari Natuna diangkut dengan kapal LNG, diarahkan untuk kawasan industri," ungkap Ifan.
Ifan pun menyampaikan ke depan BPH Migas juga akan melelang wilayah jaringan distribusi untuk kawasan industri. Untuk tahap awal, hal ini dapat disiasati dengan menggunakan iso tank.
Ia menyebut jika LNG dapat dimanfaatkan dengan membangun storage maka masyarakat Kabupaten Mempawah dapat menggunakan jargas (jaringan gas) berbasis LNG. Adapun nantinya hal ini juga dapat menjadi percontohan dan menjadi yang pertama di Indonesia. Terlebih, selama ini gas bumi sudah ada di lokasi tersebut sehingga ia meminta Pemerintah Kabupaten Mempawah koordinasi dengan Komisi VII DPR RI agar dapat mewujudkannya.
"Pipa trans Kalimantan itu rencana jangka panjang, tetapi jangka pendeknya penting dibangun storage, skema boleh APBN, boleh investasi," katanya.
Sementara di Natuna, Ifan mengungkapkan setiap hari, setiap jam, setiap menit dan setiap detik gas mengalir dari Natuna Blok B ke Singapura dan Malaysia setidaknya 200 MMSCFD. Padahal, jarak Natuna ke Kalbar hanya 500 km.
Ia pun menyebut nantinya akan di bangun pipa di area tersebut. Adapun hal ini telah ada di dalam Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional Tahun 2012.
"Di dalam rencana induk jaringan transmisi gas bumi nasional Tahun 2012 sudah ada Kepmen Nomor 1033, pipa akan dibangun dari sana ke sini. Sekarang disini saja dibuat landbase dan gunakan iso tank," paparnya.
Di sisi lain, Sekretaris Daerah Kabupaten Mempawah Ismail, MM menyampaikan bahwa Mempawah turut mendukung penuh langkah BPH Migas. Ia juga berharap ada dukungan penuh dari Kementerian ESDM dan Komisi VII DPR.
"Apresiasi untuk BPH Migas yang kesekian kalinya menegaskan dan menguatkan untuk Terminal Kijing, terlebih untuk upaya perwujudan jargas di Kabupaten Mempawah," ujar Ismail.
"Semoga ini bisa menjadi daya ungkit untuk perekonomian Mempawah," imbuhnya.
Sementara itu, Manajer Kawasan Terminal Kijing PT Pelindo Helmi M. Yusuf menjelaskan saat ini progres pembangunan Terminal Kijing sudah mencapai 90%. Adapun ke depan terminal ini akan diresmikan pada 17 Juni mendatang atau usai perayaan HUT RI.
Soal kerja sama, ia menyampaikan pihaknya membuka peluang bagi kalangan dunia usaha. Seluruh perusahaan baik yang dekat akses maupun di luar dapat bekerja sama, termasuk Wilmar atau lainnya yang berencana memasang jaringan pipa.
Saat ini, telah ada beberapa perusahaan CPO yang siap bekerja sama dengan status menyewa dan perhitungan rasional. Peluang ini juga berlaku untuk pipa lainnya, BBM ataupun gas. Adapun nantinya pipa akan dipasang menyeberangi bawah trestle.
Terkait pemindahan TBBM Siantan, Sales Area Manager (SAM) Pertamina Kalbar Weddy Surya Windrawan menyampaikan Pertamina sudah melakukan beberapa kali kajian terkait hal ini. Mengingat kondisi alam di sekitar Siantan sudah tidak kondusif. Selain itu, banyaknya risiko dan pendangkalan juga membuat perlu dilakukan ship to ship yang berdampak terhadap biaya.
"Sementara ini yang paling mendesak untuk relokasi sepertinya TBBM. Optimistisme dan ikhtiar memaksimalkan pendayagunaan potensi Terminal Kijing semoga bermanfaat bagi perekonomian rakyat. Satu yang mesti diyakini bahwa hasil tidak akan pernah mengkhianati ikhtiar dan kesungguhan berupaya," pungkasnya.
Sebagai informasi, dalam kunjungan tersebut Ifan turut didampingi Sekda Kabupaten Mempawah Ismail dan SAM Pertamina Kalbar Weddy Surya Windrawan. Hadir juga Manajer Kawasan Terminal Kijing PT. Pelindo Helmi M. Yusuf dan rekannya M. Arif.
(ega/hns)