Sejak Bahlil SMP Papua Mimpi Punya Smelter, Sekarang Baru Kesampaian

Sejak Bahlil SMP Papua Mimpi Punya Smelter, Sekarang Baru Kesampaian

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 28 Mei 2021 19:00 WIB
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia
Foto: Mohammad Wildan/20detik
Jakarta -

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia membeberkan jalan berliku bagi Papua yang mengidam-idamkan adanya fasilitas peleburan/smelter tembaga. Papua yang kaya akan sumber daya alam (SDM), terutama tambang Freeport memang belum memiliki smelter.

Bahlil yang besar di timur Indonesia itu menceritakan bahwa sejak dirinya SMP, Papua sudah bermimpi memiliki smelter. Kala itu Papua masih bernama Irian Jaya kata Bahlil.

"Bayangkan, sejak saya masih SMP, orang Papua waktu itu masih Provinsi Irian Jaya sudah mimpikan adanya smelter tembaga Freeport," ujarnya dalam kegiatan Halalbihalal Virtual, Jumat (28/5/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hingga dia kuliah, mimpi warga Papua untuk memiliki smelter pun tak kunjung terwujud. Sampai akhirnya Provinsi Irian Jaya menjadi Provinsi Papua pada 2021, mimpi tersebut masih terus berkumandang.

Barulah setelah Bahlil menjabat sebagai Kepala BKPM, kini berubah menjadi Menteri Investasi, mimpi adanya smelter bisa terwujud.

ADVERTISEMENT

"Dari saya SMP sampai jadi Kepala BKPM, mimpi orang Papua masih sama, ada smelter di Papua. Dan Alhamdulillah kemarin saya waktu mencari investasi untuk bagaimana mendorong pembangunan smelter tembaga yang mengambil bahan bakunya dari Freeport di Papua," tambahnya.

Diberitakan sebelumnya, BKPM telah melakukan kerja sama dengan China ENFI Engineering Corporation (ENFI). Lewat kerja sama tersebut, BUMN asal Negeri Tirai Bambu itu akan menggarap proyek peleburan/smelter tembaga.

Kerja sama itu dituangkan dalam Nota Kesepahaman yang ditandatangani oleh Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dan President ENFI Liu Cheng secara daring pada 12 April 2021.

Industri smelter tembaga itu rencananya akan dibangun di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Smelter itu nantinya akan dimanfaatkan juga untuk mengolah hasil tambang PT Freeport Indonesia (PTFI) di Papua.

"Setelah nota kesepahaman ini ditandatangani, saya minta kita tidak lama-lama proses implementasi. Nanti urusan perizinan dan insentif fiskal, BKPM yang akan bantu, selama proposal dari China ENFI adalah yang terbaik dan menguntungkan Freeport, China ENFI, dan Indonesia," kata Bahlil lewat keterangan tertulis, Selasa (13/4/2021).




(das/das)

Hide Ads