Bill Gates Bangun Pembangkit Nuklir Ramah Lingkungan Senilai Rp 14 T

Bill Gates Bangun Pembangkit Nuklir Ramah Lingkungan Senilai Rp 14 T

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Kamis, 03 Jun 2021 11:38 WIB
fotoinet potret langka bill gates remaja
Foto: Facebook
Jakarta -

Perusahaan reaktor nuklir TerraPower LLC milik Bill Gates dan perusahaan pembangkit listrik PacifiCorp (PPWLO.PK) akan meluncurkan proyek reaktor nuklir Natrium pertama di negara bagian Wyoming, Amerika Serikat.

Hal itu disampaikan oleh gubernur negara bagian Wyoming, AS, pada Rabu (2/6/2021) waktu setempat.

Melansir dari Reuters pada Kamis (3/6/2021), lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) ini direncanakan akan dibangun di lokasi pembangkit listrik bertenaga batu bara yang sudah pensiun. Meski demikian lokasi pasti di mana PLTN Natrium ini akan dibangun masih akan diumumkan pada akhir tahun ini

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Proyek pembangunan PLTN ini akan menggunakan reaktor natrium berpendingin cepat yang dapat menghasilkan daya listrik sebesar 345 megawatt. Dengan penyimpanan energi berbasis garam cair, reaktor ini dapat meningkatkan output daya listrik hingga 500 MW.

Reaktor nuklir berbahan natrium ini dianggap oleh beberapa ahli sebagai teknologi bebas karbon sehingga lebih ramah lingkungan. Karena itu, Gubernur Negara Bagain Wyoming, Mark Gordon menjelaskan bahwa pembangunan PLTN ini dapat menjadi jalur tercepat dan terjelas untuk dilakukan guna mengurangi pelepasan emisi karbon ke udara.

ADVERTISEMENT

"Ini adalah jalur tercepat dan terjelas kami untuk menjadi negatif karbon," kata Gordon.

"Tenaga nuklir jelas merupakan bagian dari rencana teratas saya untuk (bidang) energi" jelasnya lagi.

Sedangkan untuk biaya pembangunannya, TerraPower mengatakan bahwa pembangunan pabrik dapat menelan biaya sekitar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14,3 triliun (dengan kurs Rp 14.300/dolar AS).

Chris Levesque, presiden dan CEO TerraPower, mengatakan bahwa pembangunan PLTN ini akan memakan waktu sekitar tujuh tahun dan direncanakan untuk bisa beroperasi pada 2030-an.

"Kami membutuhkan energi bersih semacam ini di jaringan pada 2030-an," kata Chris Levesque.




(das/das)

Hide Ads