Pemerintah Putar Otak Kembangkan Energi Panas Bumi

Pemerintah Putar Otak Kembangkan Energi Panas Bumi

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 29 Jul 2021 18:27 WIB
Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Karaha, Tasikmalaya, Jawa Barat siap beroperasi penuh pada Maret 2018. Yuk, intip foto-fotonya.
Foto: Muhammad Ridho
Jakarta -

Indonesia memiliki potensi besar sumber energi panas bumi. Sejumlah langkah pun perlu disiapkan untuk menggenjot energi baru terbarukan tersebut.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana menjelaskan, Indonesia tergolong lebih agresif dibanding negara lain untuk pengembangan panas bumi. Saat ini kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) nasional mencapai 2.175 MW dan baru ada tambahan dari PLTP Sorik Marapi.

"Ada beberapa tantangan dalam pengembangan panas bumi, yakni terkait lingkungan, dan status kawasan hutan. Tantangan sampai kapanpun akan ada, dinamika masyarakat juga semakin kuat, tapi dengan sinergi berbagai pihak dapat dikelola dengan baik tantangan tersebut," katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (29/7/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah, lanjut dia, akan mendukung pengembangan panas bumi dengan berbagai insentif yang dimungkinkan.

"Kami pastikan balik modalnya cepat, tapi juga memaksimalkan kemampuan negara, sehingga angka tidak stay di angka yang tinggi. Sedang dipikir, saya ingin seperti yang di migas, ada komitmen untuk menambah cadangan," ungkap Dadan.

ADVERTISEMENT

Panas bumi dinilai banyak kemiripan dengan migas sehingga cadangan semakin bertambah. Eksplorasi yang dilakukan pemerintah sedang berjalan di Nage dan Cisolok. Hal ini diharapkan bisa memberikan penyesuaian dari sisi harga.

"Harga panas bumi, saat ini sedang saya lunakkan. Saya akan dorong panas bumi yang layak secara keekonomiannya, sehingga bisa memanfaatkan panas bumi itu sebagai baseload. Keekonomiannya win win dari sisi konsumen dan produsen," katanya.

Direktur Utama PT Geo Dipa Energi Riki F Ibrahim mengatakan, tantangan pengembangan panas bumi adalah harga EBT yang masih harus bersaing dengan pembangkit fosil,terbatasnya lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman dalam fase eksplorasi dan banyak pengembangan yang belum memenuhi 5C (charakter, capacity, capital, condition dan collateral).

Lanjut halaman berikutnya.

Lalu, risiko dalam masa eksplorasi sangat tinggi, trasparansi dan jangka waktu penerbitan izin dapat mempengaruhi keenomian proyek.

"Saya sampaikan untuk eksplorasi panas bumi itu risikonya tidak sebesar migas. Khusus di lapangan di Indonesia, termasuk yang baru, dari sisi resiko itu 40%, tidak begitu besar," katanya.

Untuk itu, pengembangan panas bumi harus dilakukan bertahap dan perusahaan yang terjun disana harus yang mempunyai visi dan misi jangka panjang. PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) misalnya sudah melakukan 39-40 tahun untuk pengembangan panas bumi melalui PLTP Kamojang.

"Jadi bagaimana caranya agar risiko eksplorasi itu jangan dilihat sebagai jangka pendek. Masih perlu kajian ulang untuk harga panas bumi, agar swasta bisa betul betul masuk ke panas bumi," kata dia.


Hide Ads