Ada Tantangan Kembangkan Blok East Natuna, Ini Saran Ahli

Tim detikcom - detikFinance
Sabtu, 14 Agu 2021 08:00 WIB
Ilustrasi/Foto: Istimewa
Jakarta -

Pengembangan Blok East Natuna menjadi salah satu upaya untuk mendukung pencapaian target produksi migas nasional sebesar 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030.

Namun dengan tantangan yang dihadapi, serta skala yang sangat besar, Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) menilai pengembangan Blok East Natuna secara bertahap (phasing development) bisa menjadi salah satu solusi.

Pengembangan dapat dimulai dengan memproduksikan lingkaran minyak di struktur AP karena minyak lebih mudah untuk dikomersialisasi yang dilanjutkan dengan pengembangan gas di struktur AL.

Vice President Technical Excellence & Coordination PT Pertamina Hulu Energi, Subholding Upstream Pertamina Henricus Herwin, mengatakan performa dari pengembangan lapangan minyak bisa dilakukan sambil meneruskan studi pengembangan gas di struktur AL, yang dapat dibagi menjadi beberapa modul. Modul-modul ini dapat disesuaikan dengan kemampuan penyerapan industri penunjang dalam menyerap CO2 dan juga pasar gas yang tersedia.

"CO2 yang tidak terserap oleh industri dapat diinjeksikan kembali ke bawah tanah dengan teknologi CCUS (Carbon Capture, Utilization and Storage) dan CCS (Carbon Caputre and Storage)," kata Henricus, Sabtu (14/8/2021).

Menurut Sekretaris Jenderal IATMI Hadi Ismoyo pengembangan lapangan gas raksasa kaya CO2 itu juga perlu dikaitkan dari kemampuan industri untuk menyerap CO2.

Kawasan industri bisa dibangun di Pulau Natuna dan difokuskan pada industri yang bisa menyerap dan menggunakan CO2 seperti Pabrik GTL (Gas-To-Liquid) yang menghasilkan naptha, kerosine dan diesel serta pabrik DME (Dimethly Ether).

"Pengembangan industri ini bisa dilakukan secara bertahap yang tentunya akan diikuti dengan pengembangan lapangan gas yang juga dilakukan secara bertahap," kata Hadi.

Blok East Natuna memiliki kandungan gas yang sangat besar, 222 TCF initial gas-in-place (IGIP) yang membuatnya menjadi undeveloped gas field terbesar di Asia Tenggara. Namun, kandungan gas yang besar tersebut datang dengan tantangan yang juga besar, di mana kandungan CO2-nya sangat tinggi (lebih dari 70%, merupakan single accumulation CO2 terbesar di dunia).

Dengan kondisi tersebut, Blok East Natuna diperkirakan memiliki sumberdaya kontingen sebesar 46 Tcf, atau hampir sama dengan total cadangan gas Indonesia (55 Tcf 2P di awal 2020).

Selain kandungan CO2 yang tinggi, tantangan lain dari pengembangan Blok East Natuna adalah lokasinya yang terpencil. Jarak dari Blok East Natuna ke pulau Natuna mencapai 225 km dan jarak ke Pulau Sumatera mencapai 1.000 km.




(ara/ara)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork