Perdana Menteri (PM) Lebanon Hassan Diab menolak perintah dari Presiden Lebanon Michel Aoun untuk mengadakan rapat kabinet guna membahas krisis bahan bakar minyak (BBM).
Dikutip dari Arab News, Sabtu (14/8/2021) penolakan itu dilakukan Diab dengan alasan bahwa rapat itu di luar tugas konstitusional kabinet sementara. Keputusan itu tidak sejalan keadaan Lebanon saat ini, di mana kelangkaan BBM telah melumpuhkan berbagai fasilitas umum dan memicu kerusuhan.
Diberitakan Reuters, kelangkaan BBM terjadi karena bank sentral mengakhiri subsidi bahan bakar. Artinya harga BBM diprediksi meningkat tajam. Bank sentral malah menawarkan jalur kredit untuk impor bahan bakar.
Harga yang ditawarkan lebih dari 20.000 pound per dolar, jauh lebih tinggi dari tingkat resmi 1.500 pound dan harga terbaru 3.900 pound yang ditawarkan kepada importir sebelumnya per Juni lalu.
Dengan keputusan baru dari bank sentral itu, pemerintah Lebanon keberatan. Langkah tersebut, menimbulkan lebih banyak kesulitan dan meningkatkan jumlah orang miskin. Mengingat saat ini Lebanon tengah mengalami krisis keuangan, di mana nilai mata uangnya anjlok 90% dalam waktu kurang dari dua tahun.
Gubernur Bank Sentral Lebanon, Riad Salameh mengatakan dalam pertemuan dengan Dewan Pertahanan Tertinggi sebelumnya, bahwa mereka tidak dapat lagi terus menawarkan subsidi impor bahan bakar. Hal itu disebabkan karena cadangan uang di bank sentral yang telah menyusut.
Baca juga: Terungkap! Ini Biang Kerok Krisis di Lebanon |
Dalam laporannya, cadangan bank sentral telah menyusut dari lebih dari US$ 40 miliar pada tahun 2016 menjadi US$ 15 miliar pada bulan Maret. Subsidi bahan bakar menelan biaya sekitar US$ 3 miliar per tahunnya.
Namun, langkah untuk mengakhiri subsidi dan peran gubernur bank sentral dalam keputusan itu menuai kritik. Mantan Menteri Luar Negeri Gebran Bassil ikut angkat bicara.
"Presiden, pemerintah, dan rakyat harus mencegah pelaksanaan konspirasi itu," katanya di Twitter.
Sebagai informasi dalam beberapa hari terakhir, pom bensin di Lebanon telah mengalami antrean panjang. Bahkan kelangkaan BBM ini juga menimbulkan kerusuhan dan pemadaman listrik juga melumpuhkan negara itu.
Krisis mata uang juga menyebabkan ketersediaan obat-obatan menjadi langka dan harga barang-barang kebutuhan pokok telah meroket. Hal itu menambah beban masyarakat yang kini banyak jatuh ke jurang kemiskinan.
(ara/ara)