Australia akan terus memproduksi dan mengekspor batu bara hingga 2030. Padahal sebelumnya pejabat tinggi iklim PBB telah memberikan peringatan keras bahwa kegagalan untuk menghilangkan penggunaan bahan bakar fosil dapat menimbulkan malapetaka.
Pernyataan tersebut sontak membuat Australia berselisih dengan beberapa negara maju lainnya seperti AS, Uni Eropa, Inggris, dan sebagainya yang sedang berupaya untuk menghapus penggunaan batu bara secara bertahap pada akhir dekade ini.
Dalam pernyataan yang dibuat oleh Menteri Sumber Daya dan Air Australia, Keith Pitt, negaranya berhak untuk memutuskan nasib industri batu bara ke depannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masa depan industri penting ini akan diputuskan oleh Pemerintah Australia, bukan badan asing yang ingin menutupnya dengan mengorbankan ribuan pekerjaan dan miliaran dolar ekspor untuk ekonomi kita," kata Pitt dalam sebuah pernyataan Senin dikutip dari CNN, Selasa (7/9/2021).
Selain itu, dalam pernyataan yang sama Pitt menyampaikan kalau konsumsi batu bara di seluruh Asia diperkirakan naik dalam satu dekade mendatang. Karenanya Australia merasa bahwa mereka memiliki peran penting dalam memenuhi permintaan tersebut.
"Konsumsi batu bara di seluruh Asia diperkirakan oleh Badan Energi Internasional akan tumbuh selama dekade berikutnya untuk memenuhi permintaan energi negara-negara seperti China, India dan Korea Selatan," kata Pitt.
"Australia memiliki peran penting dalam memenuhi permintaan itu. Batu bara akan terus menghasilkan miliaran dolar royalti dan pajak untuk pemerintah negara bagian dan federal, dan secara langsung mempekerjakan lebih dari 50.000 warga Australia."
Sebagai informasi, Australia adalah pengekspor batu bara terbesar kedua di dunia. Menurut Basis Data Pertambangan Global Fitch Solutions, dikabarkan bahwa dari 176 proyek batu bara baru di dunia, 79 di antaranya berada di Australia.
Lihat juga video 'Horornya Before-After AS Diterjang Badai Ida Via Satelit':