Kisah Angin dan Surya Pemberi Cahaya Kehidupan di Kampung Laut

Kisah Angin dan Surya Pemberi Cahaya Kehidupan di Kampung Laut

Arbi Anugrah - detikFinance
Minggu, 10 Okt 2021 16:18 WIB
PLTS dan PLTB
Foto: PLTS dan PLTB (Arbi Anugrah/detikcom)
Cilacap -

Sore menjelang, warna langit berubah memerah, sang mentari terus membenamkan dirinya di ufuk barat, senja mengantarkan pada kegelapan malam. Seluruh kehidupan di dusun terpencil itu seolah sirna, semua pintu rumah tertutup, lampu sentir sumbu memberikan sedikit cahayanya, menerangi sudut-sudut ruangan, sunyi, sepi dengan ditemani suara binatang malam dari sudut yang berbeda.

Seluruh keluarga berkumpul menyatu, mendekat pada sumber cahaya dari sebuah sentir sumbu berbahan minyak tanah. Anak-anak mulai belajar, berharap mendapatkan masa depan cerah, namun kesulitan ketika sentir berpindah untuk menerangi sudut lain.

Itulah yang dirasakan warga Dusun Bondan, dusun terpencil di Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Cilacap selama lebih dari 20 tahun. Tanpa penerangan dari jaringan listrik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukan tanpa alasan, Dusun Bondan terletak diantara hutan bakau yang terbentuk dari gugusan pulau-pulau kecil di Laguna Segera Anakan, jauh dari pusat Kecamatan Kampung Laut, maupun Kota Cilacap. Dengan akses hanya menggunakan perahu, sehingga menyulitkan membangun tiang tiang jaringan listrik.

Susi Susanti (23) pendatang asal Cianjur, Jawa Barat yang menikah dengan warga Dusun Bondan sempat putus asa, dirinya mengaku menyesal harus tinggal di tempat terpencil yang gelap, sunyi dan jauh dari hingar bongkar keramaian.

ADVERTISEMENT

"Dulu anak saya kalau belajar tidak bisa malam, soalnya tidak kelihatan, saya sebelum disini di Cianjur, saya disini sudah 7 tahun, nikah sama orang sini, pertama disini kaget sekali, tidak betah, ingin pulang, disini kok seperti ini, sebelum ada Listrik juga pernah sangat ingin kembali ke Cianjur," ceritanya kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Namun kini, cahaya kehidupan itu telah hadir, suara adzan dari mushola mulai terdengar lantang. Kehidupan warga Dusun Bondan bangkit dari kegelapan, akses air bersih pun dapat terpenuhi dengan memanfaatkan energi angin dan matahari untuk menjalankan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) bantuan dari PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap melalui program Energi Mandiri Tenaga Surya dan Angin (E-Mas Bayu) pada 2017 lalu.

"Sekarang Alhamdulillah sudah terang dengan adanya PLTH dari Pertamina. Di rumah saya ini sumber listriknya dari tenaga surya dan tenaga angin, ini sudah sekitar 3 tahun, sebelumnya memang tidak ada listrik sama sekali. Kalau sekarang ada listrik kayak begini lebih terang. Dulu jangankan nonton tv, pakai penerangan dari minyak tanah saja kurang terang. Sekarang sudah bisa buat nyalain lampu, radio dan tv," ucap ibu dua anak itu.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Muhammad Jamaluddin (29) pengurus PLTH menceritakan jika Dusun Bondan merupakan dusun mandiri energi dengan segala keterbatasan, terpencil dan tidak memiliki akses badan jalan. Satu satunya akses adalah laut, dengan menggunakan perahu memakan waktu sekitar satu jam lebih untuk menuju Kecamatan Kampung Laut atau sekitar dua jam untuk mencapai Kota Cilacap.

Sebelum 2017, Dusun Bondan kondisinya sangat kegelapan, penerangan pada malam hari biasanya hanya menggunakan lampu klenting atau sentir dengan bahan bakar minyak tanah. Kini, adik adik Jamal, anak anak Dusun Bondan dapat belajar dengan maksimal saat malam hari selain untuk penerangan dan kebutuhan rumah tangga.

"Setelah adanya PLTH ini Alhamdulillah Dusun Bondan banyak perubahan dari segi ekonomi, kegiatan sosial dan sebagainya. Kegiatan anak anak belajar juga bisa maksimal ketika malam hari. Dulu ketika saya belum seperti itu, belajar mungkin ala kadarnya saja, karena gelap sekali," urainya.

Dengan dukungan Pertamina dibantu Politeknik Negeri Cilacap ditahun 2020, 40 KK di Dusun Bondan dapat memanfaatkan listrik dari lima kincir tenaga angin dan 24 panel surya dari tenaga matahari. Dari tenaga angin dan surya tersebut menghasilkan kapasitas listrik sebesar 16.200 WP (Watt Peak).

PLTS dan PLTBPLTS dan PLTB Foto: PLTS dan PLTB (Arbi Anugrah/detikcom)

Bahkan, PLTH mampu mendorong penurunan emisi hingga 1,1 ton equivalent (Eq) CO2, karena menggunakan Energi Baru Terbarukan dengan memanfaatkan energi angin dan surya.

Bukan hanya dapat menerangi tiap rumah di Dusun Bondan, dengan kapasitas listrik tersebut juga dapat menghidupkan mesin destilasi air bersih di dusun Bondan. Bagaimana tidak, selain kesulitan listrik,74 Kepala Keluarga (KK) di dusun tersebut juga kesulitan air bersih.

Ketika musim kemarau tiba, warganya biasa memanfaatkan air tadah hujan atau membeli air bersih yang harganya selangit dari sumber mata air Jongor Asu di Pulau Nusakambangan. Maka air menjadi hal yang sangat berharga bagi warga Kampung Laut khususnya di Dusun Bondan, maka bukan hak yang aneh ketika melihat tong tong wadah air di halaman rumah warga, atau perahu yang membawa air bersih menyelusuri hutan bakau dengan sangat hati-hati agar tidak tercampur dengan air payau.

"Kalau ngambil air ke Nusakambangan itu modelnya ada yang pakai perahu, satu perahu itu bisa Rp 250 ribu dengan diantar. Kalau ngambil air pakai perahu itu sekitar 3 jam, bolak balik lebih dari 3 jam, dan itu tidak mudah, karena kan harus antri, jadi kalau sudah kesiangan, kita bisa pulang tidak bawa air. Kita kalau mau ngambil, berangkat jam 3-4 pagi," kisahnya.

PLTS dan PLTBPLTS dan PLTB Foto: PLTS dan PLTB (Arbi Anugrah/detikcom)

Tapi kini, mereka sudah dapat mengolah air payau menjadi air bersih untuk konsumsi sehari-hari menggunakan Sistem Desalinasi Air Berbasis Masyarakat (Sidesi Mas), dimana air payau tersebut disuling dan diendapkan di tandon agar tidak terlalu kotor. Setelah diendapkan, mesin pengolahan air bersih yang memanfaatkan tenaga PLTH akan bekerja hingga menghasilkan air bersih layak konsumsi.

"Disini juga ada sistem destilasi air bersih, selain penerangan, dulu kita juga kesulitan akses air bersih. Karena dulu ketika musim kemarau, untuk air bersih kita ambil dari Nusakambangan dengan resiko yang sangat luar biasa. Kemudian dengan adanya PLTH ini kita melakukan inovasi inovasi bekerjasama dengan Politeknik Negeri cilacap," jelas Jamal.

Dia mengungkapkan dengan adanya Sidesi Mas yang mampu menghasilkan 240 liter per jamnya dan mampu menampung hingga 2.000 liter dapat membantu masyarakat yang selama ini kesulitan mendapatkan air bersih.

Untuk tetap menjaga peralatan Sidesi Mas ataupun PLTH, pihaknya menarik iuran perawatan. Untuk perawatan PLTH, setiap rumah dibebankan iuran sebesar Rp 25 ribu per bulan dengan daya listrik per satu limiter sekitar 500 Watt.

Sedangkan untuk iuran Sidesi Mas, pihaknya menarik iuran Rp 1.500 per dirigen, dengan maksimal tiap KK mengambil air sebanyak lima dirigen kapasitas 30 liter.

"Agar tidak boros air bersih kita ada aturan, per KK berapa dirigen per hari itu ada aturannya. Iuran kita untuk kebutuhan perbaikan Rp 1.500 per satu dirigen. Untuk PLTH ini kita iurannya Rp 25 ribu per rumah, tapi itu juga kita menyesuaikan, kalau misalnya ada kendala, pengurus ini memberikan kebijakan, seperti misal ada sering mati mati, ya kita kurangi untuk bulan ini, karena namanya listrik ada lelahnya juga. Jadi tidak mutlak harus bayar sekian itu tidak, ada kebijakan kebijakan," urainya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Kepala Dusun (Kadus) Bondan, Irawan mengatakan, dari 74 KK dengan jumlah jiwa mencapai 224 orang, sebanyak 40 rumah atau KK telah menikmati aliran listrik dari PLTH ini. Sisanya, ada yang menggunakan listrik tenaga surya secara mandiri dan sebagian lainnya telah mendapatkan akses listrik dari PLN.

"Karena aksesnya sulit jadi (Listrik PLN) belum sampai kesini, sisanya sudah teraliri listrik. Sebagian memanfaatkan PLTH. Ada juga yang mandiri menggunakan listrik tenaga Surya, itu semua tergantung jarak, karena rumahnya jauh jauh juga jadi kendala," kata Irawan.

Mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani tambak dan nelayan, pada malam hari, lelaki di dusun tersebut biasanya akan berkeliling di tambak untuk mengontrol agar tidak ada hewan yang datang dari hutan bakau ke tambak-tambak mereka.

"Jadi kegiatan warga dusun Bondan ini saat malam harus ke tambak, karena mayoritas masyarakat dusun Bondan memiliki tambak udang dan bandeng. Dengan ada penerangan jadi lebih terbantu dan sejak ada PLTH ini suara adzan mulai bisa dikumandangkan dirumah ibadah di tahun 2019," ujarnya.

Sementara menurut Pejabat Sementara (Pjs) Area Manager Communication, Relations & CSR PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap, Ibnu Adiwena mengatakan jika permasalahan paling krusial di Dusun Bondan adalah listrik. Dengan adanya listrik melalui program CSR dari Pertamina tersebut diharapkan bisa meningkatkan ekonomi masyarakat dan memberikan akses yang lebih baik bagi masa depan anak anak di Dusun Bondan.

"Ironinya di Pulau Jawa ini masih ada daerah 3T, terdepan, terluar dan tertinggal, apalagi di Kabupaten Cilacap. Kami berkomitmen untuk bisa menyelesaikan masalah 3T tersebut, dimana awalnya memang daerah itu tidak teraliri listrik. Dengan program PLTH tersebut, mereka bisa secara mandiri mengelola kebutuhan listriknya, yang artinya mereka tidak tergantung dengan keberadaan power lain, sehingga mereka bisa mengelola dengan mandiri," ucapnya.

PLTS dan PLTBPLTS dan PLTB Foto: PLTS dan PLTB (Arbi Anugrah/detikcom)

Kemudian dengan adanya program desalinasi air di Dusun Bondan, dimana sumber listrik untuk menggerakkan mesin desalinasi memanfaatkan listrik dari tenaga angin dan surya. Dia berharap masyarakat tidak lagi perlu untuk membeli air dari tempat yang jauh sehingga mereka bisa mendapatkan akses air bersih yang layak, karena itu menjadi bagian dari kebutuhan dasar yang sangat diperlukan untuk hidup yang lebih baik di dusun itu.

Selain itu, kata dia, program ini sendiri awalnya diinisiasi dari salah satu pantai di Yogyakarta yang menggunakan PLTH. Dimana tingkat ekonominya masyarakatnya tumbuh 60 persen.

"Jadi harapannya kedepan, PLTH baik tenaga Bayu maupun tenaga Surya dapat menggerakkan ekonomi warga, sehingga menjadi dukungan kita terhadap SGD nomor 1 yaitu pengentasan kemiskinan yang ekstrim di pulau Jawa atau Kabupaten Cilacap," ujarnya.

Halaman 2 dari 3
(arb/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads