BBM-LPG Disubsidi Terus, Menteri ESDM: Beban Negara Meningkat!

BBM-LPG Disubsidi Terus, Menteri ESDM: Beban Negara Meningkat!

Trio Hamdani - detikFinance
Selasa, 19 Okt 2021 18:06 WIB
PT Pertamina (Persero) menaikan harga dua produk bahan bakar minyak (BBM) non subsidi per 18 September 2021. Dua produk tersebut berupa Pertamax Turbo RON 98 dan Pertamina Dex.
Ilustrasi/Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menuturkan beban keuangan negara akan meningkat jika BBM dan LPG terus disubsidi. Dalam hal ini yang masih disubsidi oleh negara adalah solar dan LPG 3 kg.

Mulanya dia menjelaskan saat ini permintaan terhadap LPG semakin meningkat, sementara sumber LPG di dalam negeri tidak cukup untuk merespons kebutuhan yang terus bertambah.

"Kita barangkali cuma 30-40% yang bisa kita penuhi dari total demand nasional, sementara (sisanya) kita impor. Nah sementara impor ini devisa kita keluar dan kemudian kita juga melakukan program subsidi," katanya dalam Indy Fest 2021 - Net Ze`ro Emission secara virtual, Selasa (19/10/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Coba, jadi dibayangin subsidi minyak BBM, subsidi elpiji ini kalau dibiarkan terus-menerus beban keuangan negara itu akan meningkat," sambungnya.

Oleh karena itu, pemerintah berupaya mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki Indonesia, serta melakukan konversi. Solar secara perlahan sudah mulai digantikan dengan biodiesel.

ADVERTISEMENT

"Kita sudah sukses mengganti solar yang disubsidi dengan memasukkan unsur B30 (biodiesel 30) di mana 30% itu berasal dari energi terbarukan kita," sebut Arifin.

Kemudian untuk LPG, solusinya adalah mendorong pemanfaatan jaringan gas kota di perumahan-perumahan masyarakat dan usaha-usaha kecil. Mengenai itu, infrastrukturnya harus dibangun agar seluruh masyarakat bisa terjangkau.

Menurutnya banyak potensi energi terbarukan yang dapat menggantikan energi konvensional yang tidak ramah lingkungan dan sebagian masih impor. Potensi energi terbarukan disebutkannya mencapai 600 gigawatt atau 600 ribu megawatt.

"Tetapi lokasinya itu terpancar di mana-mana, bagaimana nyambungnya? Kita perlu transmisi bagaimana seluruh resources itu bisa tersambung dan semua masyarakat termasuk industri bisa memakai. Itu tentu saja membutuhkan satu proses perencanaan, pengadaan yang tidak singkat, itu butuh dukungan semua pihak," tambahnya.

(toy/eds)

Hide Ads