Krisis energi sedang melanda berbagai negara di dunia. Salah satu faktornya yakni pemulihan ekonomi yang terjadi namun tak dibarengi dengan ketersediaan pasokan yang memadai.
Energi baru terbarukan atau green energi yang telah diterapkan komitmennya oleh negara-negara barat dan eropa ternyata belum mampu menopang kebutuhan energi, Krisis energi yang di alami oleh negara-negara di dunia pun menyebabkan krisis listrik akibat permasalahan sistem rantai pasok global.
Pemerintah lanjutnya menyadari sejumlah negara mengalami krisis energi seperti Inggris, China, India, dan Amerika Serikat. Oleh karena itu, negara tersebut mulai memanfaatkan kembali batu bara yang tersedia di dalam negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia, pemerintah telah menetapkan harga domestic market obligation (DMO) batu bara senilai US$70 per metrik ton. Selain itu, perusahaan tambang juga wajib memasok 25 persen total produksi untuk industri dalam negeri.
Hal ini memberikan kepastian pasokan dalam negeri. Dengan situasi ini, berdampak juga ke industri pengangkut batu bara.
Baca juga: Bersiap Menyongsong Energi Terbarukan |
Direktur PT Batulicin Nusantara Maritim (BESS), Yuliana mengatakan dengan terjadinya krisis energi dunia banyak negara yang mulai beralih menggunakan batu bara sehingga permintaan juga meningkat berdampak pada aktivitas dari hulu hingga hilir industri batubara yang membuat aktifitas pengiriman juga mengalami permintaan yang tinggi.
"Melihat situasi seperti ini BESS sebagai perusahaan transportasi pengiriman batu bara juga terkena dampak permintaan pengiriman yang tinggi dan menjadi fokus utama kami untuk memberikan pelayanan yang optimal dan memaksimalkan pengiriman dengan seefektif mungkin," ungkap Yuliana pada Selasa (26/10/2021).
Bersambung ke halaman selanjutnya.