Tetapi belum jelas apakah Laut Utara dapat berhasil melepaskan diri dari akar minyaknya dan menjadi model bagi seluruh dunia. Pasalnya, perusahaan-perusahaan di wilayah tersebut bertekad untuk tetap melakukan pengeboran.
Mereka mengatakan bahwa uang dari minyak dan gas sangat penting untuk mendanai investasi energi baru terbarukan. Perusahaan-perusahaan ini menekankan bahwa Inggris masih membutuhkan bahan bakar fosil untuk memanaskan rumah dan menjaga lampu tetap menyala selama bertahun-tahun yang akan datang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laut Utara Inggris menyumbang sebagian kecil dari produksi minyak dan gas global, tetapi tetap menjadi pusat investasi bagi perusahaan minyak domestik dan internasional di Inggris.
Saat ini pasokan minyak di sana mendekati akhir siklus hidupnya. Menurut regulator minyak dan gas di Inggris hanya ada sisa 4,4 miliar barel setara minyak.
Diperkirakan US$ 534 miliar telah diinvestasikan di lepas pantai Inggris Raya selama 50 tahun terakhir, dan dalam lima tahun ke depan perusahaan dapat berkomitmen lagi US$ 29 miliar.
Dalam sebuah laporan awal bulan ini, bila negara-negara memenuhi janji iklim saat ini dan membatasi pemanasan global hingga 2,1 derajat Celcius, maka permintaan bahan bakar fosil akan mencapai puncaknya sekitar tahun 2025. Meski begitu, dunia masih akan mengkonsumsi 75 juta barel minyak per hari pada tahun 2050.
Perusahaan migas seperti Shell mengatakan dunia dapat melakukan pengurangan emisi karbon bila ada perubahan mendasar dalam permintaannya. Hal itu terjadi apabila ada pengurangan permintaan dari bisnis pengiriman, penerbangan, ataupun masyarakat yang mengisi bensin untuk kendaraannya.
Pentingnya energi yang melimpah dan dapat diandalkan telah digarisbawahi dalam beberapa bulan terakhir karena harga gas alam mencapai rekor tertinggi di Eropa dan China telah dipaksa untuk menjatah pasokan listrik.
(hal/ara)