Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) akan mendominasi di Indonesia. Namun, untuk menggenjot pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) itu bukan tanpa tantangan.
Kepala Badan Riset dan Teknologi Kadin Indonesia, Ilham Habibie mengatakan yang menjadi pertanyaan saat ini adalah sistem penyimpanannya. Sebagaimana diketahui, karakter listrik PLTS tidak stabil.
"Yang sampai hari ini masih jadi pertanyaan adalah bagaimana dengan storage-nya. Karena kita juga sama-sama ketahui bahwasanya karakter daripada listrik berdasarkan tenaga surya itu adalah sesuatu yang banyak turun naiknya, siang hari ada tenaga surya, kalau malam tidak," katanya dalam acara Indonesia Energy & Coal Business Summit, Kamis (18/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi itu mengharuskan adanya sistem penyimpanan berupa baterai. Tapi, saat ini harga baterai sangat mahal.
"Itu mengharuskan adanya storage melalui baterai yang semua kita ketahui, dengan teknologi saat ini memasukkan itu dalam biayanya masih sangat mahal," terangnya.
Sistem penyimpanan bukan satu-satunya tantangan dalam pengembangan PLTS. Dia bilang, jaringan juga menjadi tantangan karena PLTS membutuhkan backup.
"Bukan hanya dari storage, desain jaringan listrik di banyak negara termasuk Indonesia memang kalau kita tarik temen-temen PLN mereka selalu agak cemas terhadap banyaknya tenaga listrik surya. Mereka selalu ada backup untuk tenaga surya, karena mereka tidak yakin bahwasanya dengan adanya intermiten yang seperti itu desain daripada jaringan listrik yang kita punyai di Indonesia sesuai yang akan dihadapi," paparnya.
Tonton juga Video: Jawa Barat Kembangkan Energi Alternatif Ramah Lingkungan