Penyakit yang Bikin RI Lelet Temukan Harta Karun Migas

Penyakit yang Bikin RI Lelet Temukan Harta Karun Migas

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 26 Nov 2021 19:15 WIB
Ilustrasi sektor migas
Foto: Ilustrasi Migas (Fauzan Kamil/Infografis detikcom)
Jakarta -

Cadangan minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia diyakini masih melimpah. Namun yang jadi masalah adalah keinginan untuk dapat menemukan 'harta karun' tersebut. Komitmen menjadi hal penting karena berbagai instrumen untuk mendorong pencarian cadangan migas sudah disediakan oleh pemerintah.

Sekretaris Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto mengatakan untuk menekan penurunan produksi migas hingga meningkatkan produksi, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan Enhanced Oil Recovery (EOR).

Menurutnya berbagai hal pendukung yang dibutuhkan para pelaku usaha untuk terapkan EOR sudah disediakan oleh pemerintah. Sementara dari sisi teknologi juga sudah tersedia. Oleh karena itu yang tersisa hanyalah keinginan untuk mengimplementasikannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apabila memang teknologinya belum tersedia di tanah air, dia berpendapat kontraktor bisa bekerja sama dengan mitra yang sudah menguasai teknologi tersebut.

"Langsung diterapkan (EOR) teken kontrak dengan vendornya (mitra) apalagi ini konsepnya "No Cure No Pay" dicontoh saja kontrak yang sudah ada, simple kalau sudah ada contoh real yang sudah berhasil," kata Djoko melalui keterangan tertulis, dikutip detikcom Jumat (26/11/2021).

ADVERTISEMENT

Dijelaskan bahwa pemerintah telah memetakan 34 lapangan migas yang menjadi kandidat lokasi proyek EOR. Itu merupakan salah satu proyek strategi pemerintah untuk mengejar target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) pada 2030.

Berdasarkan data pemerintah, ke-34 kandidat lapangan tersebut adalah Rantau, Bangko, Bekasap, Kulim, Balam South, Petani, Pematang, Zamrud, Beruk, Pedada, Pusak, Sago, Limau Q51, Ramba, Belida, Melibur, Gemah, Makmur, Jirak, Kaji, Semoga, Iliran High, Rama, Krisna, Widuri, E-main, Zulu, MQ, Jatibarang, Mudi, Sukowati, Tanjung, Handil dan Gundih.

Inisiasi untuk menerapkan EOR dengan menginjeksikan CO2 saat ini secara intensif sedang dikaji di lapangan Sukowati dan Gundih. Kemudian EOR memanfaatkan bahan kimia atau chemical EOR sebagai salah satu strategi utama untuk meningkatkan produksi minyak sebenarnya juga sudah dilakukan di lapangan Tanjung.

Kini kelanjutan pilot project di sana adalah untuk menemukan bahan kimia yang tepat dan sesuai dengan karakteristik reservoir sehingga bisa diterapkan secara penuh (full scale).

Sementara untuk chemical EOR lainnya, dijelaskan juga sudah diterapkan di blok Rokan ketika masih dioperatori oleh Chevron Pacific Indonesia (CPI). Penerapan chemical EOR itu rencananya akan kembali dilakukan oleh Pertamina melalui afilisasinya sebagai operator di Rokan yakni Pertamina Hulu Rokan (PHR). Rencananya PHR akan sodorkan rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) proyek EOR-nya pada Januari 2022.

Djoko menjelaskan bahwa data yang ada menunjukkan cukup besarnya potensi untuk meningkatkan produksi migas. Oleh karenanya pelaku usaha tinggal memutuskan di mana lokasi yang tepat untuk dilakukan penerapan EOR tersebut.

"Inisiatif dari vendor dan KKKS tinggal tunjuk aja kan dan kasih info sumur minyak mana yang perlu dinaikan produksinya," tegasnya.

Kebutuhan untuk penemuan cadangan migas baru dinilai cukup mendesak karena realisasi produksi migas nasional terus mengalami penurunan. Hal itu memang siklus alami mengingat umur sumur-sumur produksi migas di Indonesia terutama minyak sudah tidak lagi muda.

Lanjut di halaman berikutnya.

SKK Migas sendiri sudah mencanangkan target produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) di tahun 2030. Untuk membahas target besar tersebut, DEN akan menyelenggarakan The 2nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG 2021) yang akan diselenggarakan secara hybrid dari 29 November sampai 1 Desember 2021.

Acara tersebut rencananya akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan menghadirkan lebih dari 120 narasumber, termasuk Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan; Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto; Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif; Menteri Keuangan Sri Mulyani; dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir.

Kegiatan tersebut terbuka untuk publik luas secara virtual melalui https://www.iogconvention.com

Pengamat Migas dari Universitas Trisakti, Pri Agung Rakhmanto menuturkan diperlukan investasi yang pastinya tidak sedikit untuk menghasilkan produksi migas tahun 2030 seperti yang sudah dipatok oleh pemerintah. Kebutuhan investasi yang besar itu untuk memperoleh temuan cadangan migas baru.

Demi mencapai target tersebut, menurutnya paling tidak perlu tambahan 2 sampai 4 penemuan dan operasi lapangan migas baru yang sekelas Blok Cepu, yang saat ini mampu memproduksi minyak rata-rata mencapai 200an ribu BPH.

"Kenapa bisa perlu 2-4? karena lapangan existing ke depan pasti akan menurun produksinya. Jadi, berapa jumlah investasi yg diperlukan, kurang lebihnya ya investasi dari mulai untuk eksplorasi untuk menemukan lapangan tersebut dan kemudian memproduksikannya," ujarnya.

Selain itu, Pri Agung juga menilai menemukan lapangan di sini juga bisa diartikan sebagai menemukan tambahan proven reserves yang bisa diproduksikan melalui upaya penerapan advance technologi seperti halnya EOR.

"Jadi EOR untuk meningkatkan recovery factor dari lapangan eksisting," ungkapnya

Peningkatan recovery factor melalui penemuan cadangan baru di lapangan eksisting memang terus digenjot Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Berdasarkan data realisasi kuartal III hulu migas yang disampaikan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), Reserve Replacement Ratio (RRR) atau penambahan cadangan mencapai 564 juta setara minyak (Barrel Oil Equivalent/BOE) atau 90,33% dari target yang ditetapkan mencapai 625 juta BOE.

Menutur dia, inisiatif memang penting dan menjadi salah satu faktor penentu manajemen suatu perusahaan untuk berinvestasi dalam rangka meningkatkan produksi migas. Pemerintah memiliki peran kunci untuk bisa menimbulkan inisiatif atau keinginan investasi.

"Ada unsur willingness to invest, including to take the risk itu yang menentukan (untuk capai target). Willingness, kesediaan, mau atau tidak, dan siapa itu (investor)," tambah Pri Agung.


Hide Ads