Tinggal 0,38% Lagi, Desa Berlistrik di RI Capai 83.125

Year in Review 2021

Tinggal 0,38% Lagi, Desa Berlistrik di RI Capai 83.125

Akfa Nasrulhak - detikFinance
Jumat, 24 Des 2021 15:15 WIB
Pedagang sayur berdagang di bawah penerangan lampu listrik program listrik masuk desa daerah tertinggal di Dusun Jabal Antara, Aceh Utara.
Foto: ANTARA FOTO/RAHMAD
Jakarta -

Upaya untuk memperluas akses penyediaan listrik ke masyarakat khususnya di daerah 3T (Terdepan, Tertinggal, Terluar) terus dilakukan. Tahun ini, pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi sebesar 99,99%.

Adapun rasio elektrifikasi mencerminkan jumlah rumah tangga di Indonesia yang sudah menikmati aliran listrik. Sampai dengan September 2021, jumlah desa yang sudah teraliri listrik telah mencapai 83.125 dari 83.441 total desa di seluruh Indonesia atau 99,62%. Meski di tengah pandemi, angka tersebut melampaui capaian tahunan 2020 lalu yang mencatat sebanyak 82.569 desa teraliri listrik dengan capaian rasio elektrifikasi 99,52%.

"Alhamdulillah, jumlah desa berlistrik terus mengalami peningkatan. Kalau pada tahun 2017 baru mencapai 75 ribu desa, pada 2021 sudah lebih dari 83 ribu desa berlistrik di Indonesia. Hal ini membuat rasio desa berlistrik di Indonesia telah lebih dari 99%," ujar Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PLN, Agung Murdifi kepada detikcom, Kamis (16/12/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun menurut data Kementerian ESDM menunjukkan hanya Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang angka rasio elektrifikasinya di bawah 90%. Bahkan, Provinsi Bali sudah memiliki rasio elektrifikasi 100%.

"Kami ingin pertumbuhan kami membawa manfaat bagi masyarakat yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Meski memiliki banyak tantangan, PLN terus berjuang menghadirkan energi berkeadilan hingga ke pelosok desa," ujar Agung.

ADVERTISEMENT

Diakui Agung, tantangan PLN untuk mengaliri listrik memang tidak mudah. Hal ini berbeda dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya di mana realisasi rasio elektrifikasi dari 2015 hingga 2018 yang naik signifikan. Tahun 2015, rasio elektrifikasi hanya 88,30% kemudian melesat sampai 98,30% di tahun 2018. Namun, setelah 2018 pertumbuhannya landai karena wilayah yang akan dialiri listrik semakin sulit ditembus.

"Memang masih ada desa yang belum berlistrik, dan tantangannya luar biasa. Saat ini tinggal daerah-daerah yang sangat terpencil saja yang belum masuk aliran listrik. Biasanya akses jalannya ke lokasi pun belum ada, kontur medannya sulit, ini yang menjadi tantangan," ungkap Agung.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Ke depan, lanjut Agung, selain membangun infrastruktur dengan menyambungkan jaringan listrik ke sistem kelistrikan terdekat, untuk daerah-daerah yang sangat jauh dan tidak bisa diakses dengan jaringan listrik, PLN juga sudah melakukan inovasi dengan membangun Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL) dan Alat Penyalur Daya Listrik (APDAL) seperti tabung listrik.

"Jadi tidak lagi menggunakan jaringan dari rumah ke rumah. Di lokasi-lokasi ini listrik yang disalurkan ke Stasiun Pengisian Energi Listrik juga kita memanfaatkan potensi-potensi energi lokal, seperti dari PLT Hidro, PLTS, PLTB, PLTBiomassa dan sebagainya. Ini dilakukan agar pasokan listriknya bisa sustain dan lebih terjangkau," jelasnya.

Hal ini dilakukan PLN agar seluruh desa di Indonesia dapat menikmati terang dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik atas hadirnya energi listrik. Berdasarkan data PLN, kapasitas listrik di wilayah timur Indonesia kini bahkan tumbuh pesat di atas rata-rata sejak 2017. Tercatat, Provinsi Nusa Tenggara meningkat 48% menjadi 1,2 gigawatt (GW), Sulawesi tumbuh 14% menjadi 3,6 GW dan Maluku-Papua tumbuh 36% menjadi 1,3 GW.

"Berkolaborasi dengan pemerintah dan seluruh stakeholder terkait, PLN turut mendukung Program Listrik Desa yang juga merupakan strategi mengurangi kemiskinan dan menumbuhkan ekonomi di daerah," tegasnya.

Selain itu, Agung juga menyoroti meningkatnya konsumsi listrik di masyarakat. Menurutnya, hal ini jadi bagian pertanda adanya pemulihan ekonomi sering pandemi COVID-19 yang melandai.

"Nah, ini mudah-mudahan terus terjaga ya. Bahkan, di bulan Oktober lalu, konsumsi listrik bulanan pecah rekor, yaitu mencapai 22 terawatt hour (TWH)," ujarnya.

Adapun konsumsi listrik secara kumulatif hingga Oktober 2021 sudah mencapai 210 TWH atau tumbuh 4,7% dibandingkan bulan Oktober 2020.

"Bagi kami ini sangat baik karena meningkatnya konsumsi listrik biasanya akan berjalan lurus dengan peningkatan ekonomi," pungkasnya.


Hide Ads