Dirut Pertamina: Pertalite Masih Ada di Pasar, Tapi...

Dirut Pertamina: Pertalite Masih Ada di Pasar, Tapi...

Dwi Andayani - detikFinance
Selasa, 28 Des 2021 13:43 WIB
Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, berbincang dengan Ketua Komisi VII DPR Alex Noerdin dan Wakil Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto sebelum mengikuti rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (05/04/2021).
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menegaskan saat ini, belum ada kebijakan penghapusan BBM Pertalite. Pertalite masih akan dijual di pasaran.

Nicke mengatakan, pemerintah memang tengah mendorong penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan, yang mana adalah BBM yang beroktan di atas 91.

"Satu adalah ketentuan dari ibu menteri LHK 2017 ada ketentuan mengurangi karbon emisi maka direkomendasikan agar BBM yang dijual itu adalah minimum (oktan) 91," tutur Nicke di Istana Wakil Presiden, Selasa (28/12/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui, saat ini BBM yang dijual Pertamina yang beroktan di bawah 91 adalah Premium (88) dan Pertalite (90).

Dikatakan Nicke, Pertamina sudah mendorong masyarakat untuk menggunakan BBM yang beroktan lebih tinggi, melalui program Langit Biru. Hasilnya, ada transisi konsumsi dari Premium ke Pertalite.

ADVERTISEMENT

"Nah Tahapan berikutnya itu seperti apa? Kami pun akan mendorong masyarakat untuk menggunakan yang lebih baik lagi. Supaya tadi, sesuai dengan ketentuan minimum 91 kemudian lari ke Pertamax," tuturnya.

Meski begitu, dia memastikan untuk saat ini tidak ada kebijakan untuk menghapuskan Pertalite dari pasaran.

"Jadi Pertalite ini masih ada di pasar, jadi silahkan, tapi kami mendorong agar menggunakan yang lebih baik yaitu Pertamax supaya kita bisa memberikan kontribusi terhadap penurunan karbon emisi di Indonesia," tuturnya.

Soal penghapusan Pertalite ini. Apa kata masyarakat? Baca di halaman berikutnya

Kemarin, detikcom mengadakan polling tentang setuju atau tidak jika Premium dan Pertalite dihapus. Polling ini ditutup pak pukul 09.00 WIB pagi ini.

Hasilnya ada 320 detikers yang ikut dalam polling ini. Sebanyak 268 orang memilih tidak setuju dan sisanya 52 memilih setuju.

Salah satu pembaca yang memilih tidak setuju karena berharap pemerintah memikirkan kesejahteraan masyarakat. "Ikut suara terbanyak & demi rakyat yang sejahtera bukan dibikin sengsara, gue pilih kagak setuju," tulis kaun Kang Kung.

Pembaca lainnya mengkhawatirkan angkutan umum yang saat ini tentu masih menggunakan BBM yang murah.

"Untuk usaha angkutan umum yang dikelola masyarakat seperti angkot, antar jemput anak sekolah, ojek tentu akan mati usaha. kalaupun menggunakan Pertamax, ongkosnya jadi berapa, karena Pertamax BBM tidak bersubsidi," kata Eben Damanik.

Sementara itu dari mereka setuju, ada pembaca yang menilai subsidi seharusnya diprioritaskan untuk kesehatan dan pendidikan. "Berikan subsidi hanya untuk kesehatan dan pendidikan," tulis ViverePericoloso.

Pembaca lain juga sepakat Premium dihapus, namun harus ada jaminan bahwa masyarakat mudah mendapatkan pekerjaan.

"Segala sesuatu yang berbau subsidi sebaiknya dihapus, biar rakyat belajar ada harga ygan harus dibayar, tapi dibarengi dengan kemudahan untuk mendapatkan kesempatan kerja," tulis Biwir Bawel.


Hide Ads