Berkat dedikasi petugas PLN semacam itu, capaian hingga September 2021 sudah 83.125 desa di seluruh wilayah Indonesia teraliri listrik dengan rasio desa berlistrik (RDB) sebesar 99,62%. Angka tersebut melampaui capaian tahun lalu yang sebanyak 82.569 desa dengan RDB 99,52%.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan dirinya mendapat tugas khusus dari pemerintah, khususnya Presiden Jokowi dalam memimpin perusahaan. Salah satunya soal defisit listrik yang sangat memengaruhi kemudahan berusaha di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sedikit kilas balik ke 2014. Apa yang dihadapi oleh PLN pada waktu itu? defisit listrik. Ada 23 sistem kelistrikan di Indonesia, atau lebih dari separuhnya mengalami defisit," kata pria yang akrab disapa Darmo kepada detikcom beberapa waktu lalu.
"Hal ini membuat ease of doing business index (indeks kemudahan berbisnis) di Indonesia menjadi sangat buruk sekali. Investor mau berinvestasi tapi pasokan listriknya tidak tersedia. Padahal, sumber daya alam Indonesia sangat melimpah. Karena tidak ada akses ke energi, sumber daya alamnya tidak bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat yang tinggal di daerah tersebut," sambungnya.
Karena itulah, kata Darmo, direksi PLN mendapat tugas untuk mengatasi defisit listrik. Yakni bagaimana membangun kapasitas listrik yang memadai, baik itu dari pembangkit, transmisi, gardu induk, dan lain-lain.
"Sehingga masalah defisit itu bisa segera diselesaikan. Pada tahun 2019, 23 sistem kelistrikan yang sebelumnya defisit kini sudah mengalami oversupply (kelebihan pasokan) listrik. Dengan listrik yang melimpah di seluruh Nusantara, ease of doing business index Indonesia meningkat, dari tadinya berada di peringkat 70 dunia naik menjadi ke-33 dunia," sambungnya.
![]() |
Kini wilayah Indonesia sampai pelosok perlahan mulai merasakan listrik secara 24 jam. Kenikmatan itu merupakan salah satu penantian yang sudah ditunggu bertahun-tahun oleh masyarakat setempat.
Kehadiran listrik membawa banyak manfaat dalam kehidupan mulai dari menggerakkan roda perekonomian, kualitas pendidikan, hingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Itu sebagai bukti bahwa negara hadir, tidak hanya di perkotaan namun juga di desa-desa terpencil.
Kehadiran listrik menjadi sesuatu yang tak tergantikan karena masyarakat bisa tangguh dan tumbuh bersama listrik. Jadi sumber energi beragam peralatan, hingga bisa meringankan pekerjaan para petani di ladang.
Sebelum ada listrik, rumah warga kebanyakan hanya memanfaatkan lampu teplok, obor, lilin, atau yang punya uang menggunakan genset. Tentu saja penggunaan penerangan itu sangat tidak nyaman dan berbahaya karena tingginya risiko akan kebakaran.
Tentu perjuangan pegawai PLN tidak akan berhenti sampai di sini karena masih ada tugas berat lainnya menanti, rintangan yang lebih berat di desa yang lebih pelosok sedang menunggu giliran dialiri listrik.
Ketersediaan listrik seakan menjadi jendela membuka peradaban. Untuk itu, menerangi wilayah yang belum terjamah listrik atau berasio elektrifikasi rendah harus jadi prioritas nasional, agar bisa seperti kata pepatah, 'Habis Gelap Terbitlah Terang'.
(fdl/fdl)