Ironi Kazakhstan, Negara Kaya Migas yang Rusuh Imbas Bahan Bakar Mahal

ADVERTISEMENT

Ironi Kazakhstan, Negara Kaya Migas yang Rusuh Imbas Bahan Bakar Mahal

Trio Hamdani - detikFinance
Sabtu, 08 Jan 2022 06:00 WIB
Protesters try to speak to riot police as they gather in the center of Almaty, Kazakhstan, Wednesday, Jan. 5, 2022. Demonstrators denouncing the doubling of prices for liquefied gas have clashed with police in Kazakhstans largest city and held protests in about a dozen other cities in the country. Local news reports said police dispersed a demonstration of about a thousand people Tuesday night in Almaty and that some demonstrators were detained. (AP Photo/Vladimir Tretyakov)
Foto: AP Photo/Vladimir Tretyakov
Jakarta -

Kazakhstan sedang diguncang demonstrasi hingga berujung kerusuhan beberapa hari terakhir. Pemicunya adalah kemarahan warganya atas melonjaknya harga bahan bakar.

Kemarahan memuncak ketika pemerintah menaikkan batas harga LPG. Itu adalah bahan bakar rendah karbon yang digunakan banyak orang Kazakhstan untuk memberi daya pada mobil mereka. Akibat kebijakan pemerintah, harga LPG langsung naik dua kali lipat.

Pada awal Januari, pemerintah Kazakhstan mencabut kontrol harga pada LPG alias beralih ke harga pasar. Langkah itu menyebabkan harga naik gila-gilaan. Padahal banyak yang bergantung pada LPG karena harganya yang murah.

Protes masa pun merambat pada persoalan ketidakpuasan terhadap pemerintah otoriter yang korup, mengakibatkan kekayaan terkonsentrasi di dalam elit politik dan ekonomi yang kecil.

Kazakhstan juga dikenal sebagai negara kaya minyak dan gas (migas). Menurut Oil & Gas Journal (OGJ), Kazakhstan menyimpan cadangan gas alam yang melimpah. Cadangan gas yang telah terbukti mencapai 3 triliun meter kubik dan proyeksi cadangan sebesar 5 triliun meter kubik.

Negara ini juga memiliki potensi cadangan minyak mentah sebesar 30 miliar barel pada Januari 2018. Produksi minyak mentah dan kondensat Kazakhstan pada 2019 adalah 1,965 juta barel per hari.

Kazakhstan dengan cepat memperluas produksi di tiga kilang besarnya, yaitu pabrik Pavlodar, penyulingan Atyrau, dan Shymkent. Total kapasitas pengilangan ketiga pabrik tersebut meningkat dari 13,8 menjadi 16,5 juta ton.

(toy/hns)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT