Perajin tahu dan tempe mengancam akan melakukan mogok produksi lantaran aspirasinya tak digubris oleh pemerintah. Perajin meminta dijadikan sebagai agen LPG 3 kg agar mendapatkan pasokan gas dengan harga lebih murah untuk produksi.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin menjelaskan bahwa perajin tahu-tempe menghadapi cobaan bertubi-tubi, mulai dari harga kedelai yang terus merangkak naik.
"Saat ini tukang tempe dan tahu sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah yang namanya itu kedelai impornya naik terus sampai sekarang di atas Rp 10.500 ada yang Rp 11.000," katanya kepada detikcom melalui sambungan telpon, Senin (10/1/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditambah penjualan turun karena adanya pandemi COVID-19, lalu harga bahan-bahan yang lain terutama minyak goreng juga naik tinggi. Di sisi lain perajin tahu-tempe tidak berani menaikkan harga.
"Kita ini bekerja membuat tempe dan tahu dari sekian juta anggota saya ini bukan untuk mencari duit untuk menjadi kaya, hanya untuk sekedar bisa makan. Hari ini bikin, kita jual, besok hasilnya ada pakai makan, pakai sekolah anak, udah itu-itu aja," tutur Aip.
Pihaknya tak berani menaikkan harga tahu dan tempe karena pedagang yang mereka pasok juga sedang kesusahan lantaran dagangannya kurang laku dan dihadapkan kenaikan harga-harga kebutuhan.
Oleh karena itu pihaknya ingin diangkat sebagai agen LPG 3 kg, bukan untuk jualan gas tapi untuk kebutuhan produksi.
"Kami itu meminta supaya kami itu ditunjuk sebagai agen LPG yang 3 kilo karena saya tahu harga sesuai informasi yang saya terima harga di Pertamina itu Rp 14.000, sedangkan di warung itu Rp 20.000 lebih. Jadi itu perbedaan angka Rp 6.000 itu buat kami besar sekali," katanya.
Jika pemerintah tidak bergerak untuk membantu perajin tahu-tempe, Aip mengatakan bahwa para perajin terpaksa akan melakukan mogok produksi bahkan sampai melakukan demo.
"Kalau tidak ya terpaksa kita akan mogok produksi, atau demo atau apa," tambahnya.
(toy/dna)