Sementara itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menerangkan, kehadiran PLTSa berkapasitas 5 MW akan menggunakan bahan bakar sampah yang dikelola oleh masyarakat dengan memanfaatkan teknologi gasifikasi plasma. Melalui teknologi tersebut, sampah rumah tangga bisa diolah menjadi bahan baku listrik yang ramah lingkungan.
Meskipun dalam proses pengolahannya menggunakan sistem pembakaran, Darmawan menjamin penggunaan sampah sebagai bahan energi tidak akan mencemari lingkungan sekitar. Sebab gas yang dihasilkan dari proses ini bebas bahan kimia atau kandungan lain yang berbahaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pembangunan PLTSa Surakarta adalah salah satu yang paling urgent dan menjadi fokus perhatian kami dalam jangka pendek. Sebab, melalui proyek ini menjadi langkah dalam mencapai net zero emission di 2060 mendatang," katanya.
Ia juga menerangkan, proyek senilai Rp 330 miliar ini proses pembangunannya sudah mencapai 67,84%. Pihaknya menargetkan agar PLTSa Surakarta bisa segera beroperasi penuh di Desember 2022.
PLN dan pengembang PLTSa Putri Cempo yaitu PT Solo Citra Metro Plasma Power sebelumnya telah menyepakati harga jual beli listrik sebesar 13,35 sen dolar AS per kwh atau setara Rp 1.800 per kWh.
"Kami dari sisi PLN all out dalam mendukung sisi teknis dan kebutuhan-kebutuhan pembangunan PLTSa," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan, pihaknya menyambut baik dan mendukung proyek tersebut. Gibran menilai dengan hadirnya proyek tersebut maka akan turut mencetak lapangan kerja bagi warga sekitar. Sebab proses pembangunan konstruksi PLTSa terbesar di Jawa Tengah ini pengerjaannya melibatkan 100% tenaga kerja lokal.
"Kami memberikan dukungan penuh dari sisi pengadaan lahan sehingga proyek ini bisa segera selesai. Sebab, PLTSa ini juga menjadi pilot project Pemkot agar juga bisa menciptakan lingkungan yang sehat khususnya di wilayah kota Surakarta," tutup Gibran.
(prf/ara)