Panas Rusia-Ukraina Kerek Harga Minyak Dunia, OPEC Putar Otak

Panas Rusia-Ukraina Kerek Harga Minyak Dunia, OPEC Putar Otak

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 02 Feb 2022 09:18 WIB
60 Tahun OPEC: Dulu Ditakuti Barat, Sekarang Hampir Sekarat
Foto: DW (News)
Jakarta -

Harga minyak dunia akan diupayakan untuk turun. Tingginya harga minyak rencananya akan segera diredam oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC).

Dilansir dari CNN, Rabu (2/2/2022), Goldman Sachs mengatakan OPEC+ nampaknya akan segera mengumumkan rencana peningkatan produksi. Peningkatan jumlah minyak bumi diyakini dapat menekan harga komoditas tersebut.

"Kami melihat potensi yang berkembang untuk peningkatan yang lebih cepat. Mengingat laju reli baru-baru ini dan kemungkinan tekanan dari negara-negara pengimpor," tulis ahli strategi Goldman Sachs.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan adanya ketakutan di pasar tentang ketegangan Rusia-Ukraina, harga minyak AS tercatat naik di atas US$ 88 atau sekitar Rp 1,25 juta per barel pada hari Senin untuk pertama kalinya sejak Oktober 2014.

Harga rata-rata nasional untuk bensin di AS naik menjadi US$ 3,38 atau sekitar Rp 48 ribu per galon mendekati harga tertinggi tujuh tahun di level US$ 3,42 per galon. Sementara itu minyak mentah Brent yang biasa jadi patokan dunia, baru-baru ini naik di atas US$ 90 atau sekitar Rp 1,28 juta per barel.

ADVERTISEMENT

Namun, berita buruknya adalah meski OPEC+ bertindak, responsnya mungkin tidak banyak membantu mendinginkan pasar energi yang sedang panas-panasnya.

Goldman Sachs mengatakan jika OPEC+ melanjutkan rencananya untuk meningkatkan produksi pada bulan April, yang mendorong tambahan pasokan 200.000 barel per hari hingga akhir tahun, harga minyak bumi hanya akan mengalami penurunan US$ 3 atau sekitar Rp 42 ribuan saja.

"Pukulan terhadap harga akan memiliki dampak yang sangat sedikit, meskipun jika Arab Saudi memutuskan untuk secara sepihak meningkatkan produksi setengah juta barel per hari selama tiga bulan," kata Goldman Sachs.

Goldman Sachs menyatakan saat ini telah terjadi tingkat cadangan yang sangat rendah di negara produsen minyak bumi. Mereka juga mengatakan produsen minyak serpih termasuk Hess (HES) dan Chevron (CVX) baru-baru ini mengisyaratkan akan mengurangi produksi.

Di sisi lain, negara-negara OPEC pun kemungkinan tidak akan terburu-buru untuk menghentikan rejeki nomplok pada cashflow-nya yang babak belur.

Pendapatan negara-negara OPEC rebound secara mengejutkan sebesar 80% pada tahun 2021, tingkat pemulihan tercepat sejak 1974 setelah embargo minyak Arab.

"Untuk negara-negara yang terus mengalami tantangan politik dan keamanan yang mendalam, seperti Irak, lonjakan harga ini merupakan perkembangan yang disambut baik yang dapat mendorong kekhawatiran kehancuran permintaan," kata Helima Croft, kepala strategi komoditas global di RBC Capital Markets.

Lihat juga Video: Dear Pak Mendag, Harga Minyak Goreng di Purwakarta Jauh dari Normal

[Gambas:Video 20detik]



(hal/eds)

Hide Ads