Hary Tanoe Banting Setir Maskapai Jadi Perusahaan Batu Bara

Hary Tanoe Banting Setir Maskapai Jadi Perusahaan Batu Bara

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 11 Feb 2022 06:00 WIB
Hary Tanoesoedibjo
Hary Tanoe/Foto: Ari Saputra

Kemudian, meskipun perusahaan berganti nama dan mengubah bisnis utamanya, lini bisnis aviasi IATA tak serta merta ditinggalkan. Hary Tanoe menegaskan, bisnis penerbangan itu akan dijadikan anak usaha.

Bila awalnya bisnis aviasi yang utama, kini hanya sampingan. "Bisnis penerbangan yang dimiliki IATA akan dipertahankan, jadi anak usaha MNC Energy Investments, tapi tidak dibesarkan," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menerawang Peruntungan Bisnis Batu Bara
Perusahaan BCR yang diakuisisi oleh IATA merupakan perusahaan induk dari sembilan perusahaan batubara dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Dari sembilan perusahaan itu, sudah ada dua perusahaan yang memproduksi batu bara.

"Di tahun 2021 dari dua perusahaan ini produksi 2,5 juta MT batu bara dan pendapatannya hampir Rp 1,1 triliun jadi besar sekali," kata Hary Tanoe.

ADVERTISEMENT

Hary Tanoe menyatakan di tahun 2022 ini produksi batu bara BCR bakal ditambah hingga mencapai 8 juta MT, dua perusahaan di bawah BCR bakal melakukan produksi tahun ini. Dengan begitu, bila dihitung keuntungannya bisa jadi meningkat hingga 3 kali lipat.

"Saya kasih hint sedikit. Di 2021, BCR itu pendapatannya Rp 1,1 triliun lebih dengan produksi 2,5 juta MT. Nah kalau bisa ditingkatkan 8 juta metrik ton tahun ini, maka keuntungan tinggal dikali tiga aja. Tiga kali lipat naiknya," papar Hary Tanoe.

Menurut Hary Tanoe, total luasan area pertambangan dari 9 perusahan itu mencapai 74 ribu hektare. Sumber daya batu baranya mencapai 1,6 Metrik Ton (MT), namun perkiraan cadangan terbuktinya sekitar 500-700 MT per tahun.

"Sumber dayanya, dari 7 yang belum produksi saja 1,4 miliar MT, 2 yang pertama sudah produksi 200 juta MT. Jadi, kurang lebih 1,6 miliar metrik ton, itu baru perkiraan," ungkap Hary Tanoe.

"Biasanya batu bara dibor dulu agar ketahuan proven-nya. Perkiraan kami reserve-nya 500-700 MT yang mienable dan bisa ditambang," katanya.

Sebagai informasi, IATA sendiri mengakuisisi 99,33% saham BCR dengan harga mencapai US$ 140 juta. Jumlah itu dinilai dari harga dua anak usaha batu bara yang sudah berproduksi. IATA pun berencana bakal melakukan right issue saham untuk membiayai akuisisi dari BCR.

"Yang dinilai dua perusahaan saja yang sudah produksi. Sisanya bonus buat IATA. Yang tujuh nggak dihitung karena belum produksi," kata Hary Tanoe.


(hal/zlf)

Hide Ads