Harga minyak Brent sebagai patokan dunia semakin mendidih, naik hingga menyentuh level US$ 105 per barel. Angka tersebut memecahkan rekor tertinggi sejak 2014, akibat serangan Rusia ke Ukraina yang memperparah kekhawatiran terhadap gangguan pasokan energi global.
Atas invasi yang dilancarkan Rusia terhadap Ukraina, Amerika Serikat (AS) dan Eropa telah berjanji untuk memberikan sanksi terberat terhadap negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin.
"Jika sanksi mempengaruhi transaksi pembayaran, bank Rusia dan mungkin juga asuransi yang mencakup pengiriman minyak dan gas Rusia, pemadaman pasokan tidak dapat dikecualikan," kata Analis Commerzbank Carsten Fritsch, disadur detikcom dari Reuters, Kamis (24/2/2022).
Setidaknya, berdasarkan sumber Reuters, tiga pembeli utama minyak Rusia tidak dapat membuka surat kredit dari bank-bank Barat untuk menutupi pembelian pada hari Kamis.
Minyak mentah Brent naik US$ 8,15 atau 8,4% ke angka US$ 104,99 per barel pada 1221 GMT, setelah menyentuh angka tertinggi US$ 105,79. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melonjak US$ 7,33 atau 8% menjadi US$ 99,43. Brent dan WTI masing-masing mencapai level tertinggi sejak Agustus dan Juli 2014.
"Rusia adalah produsen minyak terbesar ketiga dan pengekspor minyak terbesar kedua. Mengingat persediaan rendah dan kapasitas cadangan berkurang, pasar minyak tidak dapat menanggung gangguan pasokan besar," kata analis UBS, Giovanni Staunovo.
"Kekhawatiran pasokan juga dapat memacu aktivitas penimbunan minyak, yang mendukung harga," sambungnya.
Rusia juga merupakan penyedia gas alam terbesar ke Eropa, menyediakan sekitar 35% dari pasokannya.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
(toy/dna)