Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) membantah produksi biodiesel menjadi biang kerok mahalnya harga minyak goreng dalam beberapa waktu terakhir.
Ketua Umum Aprobi M. P. Tumanggor menegaskan bahwa kebutuhan minyak kelapa sawit (CPO) untuk pembuatan biodiesel tidak akan menganggu pasokan minyak goreng, begitupun sebaliknya.
"Sama sekali tidak ada hubungannya. Produksi biodiesel tidak ada kaitan dengan itu," katanya dalam keterangannya, Jumat (25/02/2022).
Berdasarkan catatan Aprobi, produksi minyak kelapa sawit nasional mencapai hampir 47 juta ton per tahun. Industri petrokimia dan biodiesel hanya menyerap masing-masing 1,7 juta ton dan 8,17 juta ton.
"Untuk minyak goreng itu paling 4-5 juta kilo liter. Untuk makanan 8 juta. Kebutuhan dalam negeri itu sekitar 18 juta, sisanya kita ekspor. Jadi enggak ada hubungannya," kata Tumanggor.
Menurutnya, persoalan mahalnya minyak goreng adalah masalah distribusi. Hal tersebut, kata Tumanggor, bahkan sudah diakui langsung oleh Kementerian Perdagangan selaku regulator.
"Ini jaringan distribusi yang menjadi masalah. Biodiesel ini sudah ada sejak 2006. Transformasi B10, B20, B30 enggak ada gejolak minyak goreng. Kenapa enggak tersalur ke bawah? Ini yang sedang dilihat," katanya.
Simak Video "Video: Inovasi Minyak Goreng Bekas Jadi Biodiesel-Bahan Bakar Pesawat"
(zlf/zlf)