Shell memutuskan untuk menarik diri dari seluruh bisnisnya di Rusia. Perusahaan migas yang bermarkas di Inggris itu mengambil keputusan tersebut berdasarkan invasi Rusia ke Ukraina.
Mengutip CNN, Selasa (1/3/2022), Shell memutuskan untuk keluar dari perusahaan patungannya dengan Gazprom, termasuk keterlibatannya dengan pipa gas alam Nord Stream 2 yang hampir mati.
Pada Senin kemarin perusahaan menyatakan akan melepas 27,5% sahamnya di fasilitas gas alam cair Sakhalin-2, 50% sahamnya dalam proyek untuk pengembangan ladang Salym di Siberia barat dan 50% sahamnya dalam proyek eksplorasi di semenanjung Gydan di barat laut Siberia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami terkejut dengan hilangnya nyawa di Ukraina, yang kami sesalkan, akibat tindakan agresi militer yang tidak masuk akal yang mengancam keamanan Eropa," kata CEO Shell, Ben van Beurden dalam sebuah pernyataan.
Langkah Shell mengikuti pengumuman BP pada hari Minggu lalu, bahwa mereka meninggalkan salah satu investasi asing terbesar di Rusia. Mereka melepas 19,75% sahamnya di Rosneft dan usaha patungan terkait.
Menurut para analis, BP mengalami kerugian lebih dari US$ 26 miliar saat meninggalkan bisnisnya di negara tersebut. "Keputusan kami untuk keluar adalah keputusan yang kami ambil dengan keyakinan," kata van Beurden.
Shell sendiri memperoleh sekitar US$ 700 juta pada tahun 2021 dari usaha patungan Sakhalin dan Salym. Proyeknya di Rusia bernilai sekitar US$ 3 miliar pada akhir tahun, dan perusahaan mengatakan mengabaikan proyek Gazprom mungkin akan menyebabkan penurunan nilai.
Perusahaan ini adalah salah satu dari lima perusahaan yang menyediakan 50% dari pembiayaan dan jaminan senilai US$ 10,6 miliar untuk membangun pipa Nord Stream 2 Gazprom di bawah Laut Baltik antara Rusia dan Jerman. Proyek itu secara efektif dihentikan minggu lalu ketika Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan negara itu akan menghentikan sertifikasi pipa.
Perusahaan energi Barat lainnya yang masih bertahan di Rusia, termasuk ExxonMobil (XOM), yang telah aktif di sana selama lebih dari 25 tahun.
Anak perusahaannya, Exxon Neftegas Limited, memiliki 30% saham di Sakhalin-1, proyek minyak dan gas alam besar yang terletak di lepas Pulau Sakhalin di Timur Jauh Rusia.
Simak Video 'Sanksi untuk Rusia: Gagal ke Piala Dunia, Dicoret dari Liga Europa':