Rusia Serang PLTN Ukraina, Begini Dampak Ngerinya

Rusia Serang PLTN Ukraina, Begini Dampak Ngerinya

Aldiansyah Nurrahman - detikFinance
Minggu, 06 Mar 2022 20:00 WIB
Rusia Mendekat, Akses ke PLTN Terbesar di Eropa Diblokade Warga
Foto: AP/Viktor Buchnev
Jakarta -

Tenaga nuklir erat kaitannya dengan perubahan iklim dan sistem keamanan global. Maka tidak mengeherankan peristiwa pekan ini, aksi Rusia yang menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, Ukraina turut menjadi perhatian.

PLTN sendiri dipercaya dapat menghasilkan energi tanpa emisi karbon dioksida, memberikan alternatif bahan bakar fosil yang memanaskan atmosfer.

"Batubara dan bahan bakar fosil lainnya mencekik umat manusia," kata Sekretaris Jenderal PBB AntΓ³nio Guterres, melansir CNBC, Senin (6/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun penyerangan pasukan militer Rusia ke PLTN Zaporizhzhia menyebabkan satu bangunan di kompleks PLTN terbakar.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam sebuah pernyataan video mengecam aksi tersebut. Menurutnya belum pernah ada negara yang melakukan seperti Rusia.

ADVERTISEMENT

"Untuk pertama kalinya dalam sejarah kita, dalam sejarah umat manusia, negara teroris telah kembali ke teror nuklir," katanya.

Meski begitu, the International Atomic Energy Agency (IAEA) melaporkan bahwa PLTN itu tetap dioperasikan dan tidak ada pelepasan bahan radioaktif. Namun, peristiwa keamanan itu mengirimkan gelombang ketakutan ke seluruh dunia.

"Akan ada yang terhuyung-huyung tentang ini," kata Pendiri Partnership for Global Security, Kenneth Luongo.

Melihat reaktor nuklir Ukraina diserang adalah hal baru, dan khususnya mengkhawatirkan bagi banyak penduduk yang berpikir nuklir sama dengan senjata dan dapat menyebabkan masalah kesehatan.

Pada saat yang sama, negara di dunia mulai menyadari bahwa mereka tidak dapat memenuhi tujuan menyehatkan iklim hanya dengan energi terbarukan, seperti angin dan matahari. Luongo mengatakan ada "perubahan besar" dalam sentimen tentang nuklir pada konferensi iklim COP 26 tahun lalu di mana nuklir menjadi solusi atas iklim.

Di dunia ada sekitar 440 reaktor tenaga nuklir yang beroperasi di lebih dari 30 negara yang memasok sekitar 10% listrik dunia, menurut Asosiasi Nuklir Dunia. Saat ini, 55 reaktor baru sedang dibangun di 19 negara.

Dari 55 reskior itu, 19 di antaranya berada di China. Amerika Serikat (AS) hanya memiliki dua yang sedang berlangsung.

"Tentu saja, China memiliki program paling aktif untuk pembangunan nuklir baru," kata John Kotek dari Nuclear Energy Institute.

China memiliki sektor energi nuklir komersial atau energi nuklir sipil yang tumbuh paling cepat di dunia. Beberapa fokus China dalam membangun reaktor energi nuklir baru adalah respon terhadap pertumbuhan pesat permintaan energi dari populasi yang tumbuh cepat memasuki kelas menengah.

Rusia memiliki apa yang disebut Kotek sebagai "program yang cukup mantap" untuk pembangunan nuklir baru. Saat ini, tiga reaktor nuklir baru sedang dibangun di Rusia.

Tetapi Rusia juga merupakan pengekspor teknologi nuklir top dunia. Desain reaktor Rusia, yang disebut desain Vodo-Vodyanoi Enyergeticheskiy Reactor atau VVER VVER, saat ini sedang dibangun di banyak negara lain selain Rusia, termasuk Bangladesh, Belarus, India, Iran , Slovakia dan Turki.

Ketika Rusia dan China menjadi terkenal, AS telah kehilangan otot untuk membangun reaktor nuklir konvensional, kata Luongo. Tenaga nuklir mendapat reputasi buruk di Amerika Serikat setelah kecelakaan nuklir di Three Mile Island pada 1979 di Pennsylvania, dan secara lebih global setelah kecelakaan di Chornobyl di Uni Soviet Ukraina pada 1986 dan Fukushima di Jepang pada 2011.



Simak Video "Isu Perubahan Iklim di COP26: Jokowi: Komitmen RI Menjadi Bagian Solusi"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads