Harga minyak dunia makin menggila setelah Amerika Serikat (AS) resmi melarang impor migas dari Rusia. Kondisi ini membuat Pertamina mulai merasakan dampaknya.
Perang Rusia-Ukraina menjadi pengaruh besar terjadinya lonjakan harga minyak dunia. Negara Rusia juga masuk dalam salah satu negara pemasok minyak terbesar di dunia.
PT Pertamina Patra Niaga yang merupakan bagian hilir dari penjualan BBM mengakui bahwa kenaikan harga minyak yang tengah terjadi cukup membebani perusahaan.
"Tentunya harga minyak dunia yang tinggi memberi tekanan bagi kami di hilir," ucap Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Subholding Commercial and Trading Pertamina Irto Ginting, saat dihubungi detikcom, Rabu (9/3/2022).
Irto juga mengatakan bahwa saat ini pihaknya masih terus mengamati perkembangan kenaikan harga minyak dunia yang tengah terjadi. Pertamina masih belum mengambil keputusan untuk mengubah harga produk BBM non subsidinya.
"Kami masih memonitor perkembangan harga minyak dunia, terkait harga masih kami review," jelasnya.
Dihubungi terpisah Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menjelaskan bahwa kenaikan harga minyak dunia ini akan membuat Pertamina sendiri kewalahan, karena juga mempengaruhi harga Indonesian Crude Price (ICP).
"Sekarang kan belum tapi saya lihat kalau begini terus ya memang pada akhirnya Pertamina nggak kuat juga gitu. Kalau itu tadi impor," jelasnya.
Ia juga mengatakan bahwa dampak ini akan terasa untuk masyarakat menengah ke bawah. Dimana harga BBM non-subsidi seperti Pertalite akan ikut naik karena harga internasionalnya sudah naik.
Simak Video "Video: Harga Minyak Dunia Diprediksi Meroket Usai AS Serang Iran"
(das/das)