Pasokan minyak bumi makin menipis, hal itu terjadi karena pasokan minyak bumi Rusia telah dilarang untuk dibeli oleh negara-negara barat sebagai sanksi terhadap invasi militer negara Beruang Merah ke Ukraina.
Hal itu sempat membuat harga minyak meroket, apalagi mengingat Rusia adalah produsen besar minyak mentah di tingkat dunia. Namun kini Uni Emirat Arab yang juga merupakan salah satu produsen minyak besar mengaku akan menstabilkan harga minyak mentah dunia.
Dilansir dari CNN, Kamis (10/3/2022), Duta Besar UEA untuk Washington Yousef Al Otaiba menyatakan negara itu ingin meningkatkan produksi minyak dan akan mendorong Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) untuk meningkatkan pasokan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mendukung peningkatan produksi dan akan mendorong OPEC untuk mempertimbangkan tingkat produksi yang lebih tinggi," kata Otaiba.
"Kami percaya bahwa stabilitas di pasar energi sangat penting bagi ekonomi global," tegasnya.
Dengan langkah tersebut, pasokan minyak mentah global akan kembali banjir dan harga pun jadi lebih murah. Benar saja, komentar Otaiba ini langsung membuat harga minyak turun seperti batu yang tenggelam dalam air.
Harga Minyak di AS turun 12% menjadi kurang dari US$ 109 per barel. Sementara itu, minyak mentah Brent, yang seringkali jadi patokan harga global juga turun 13% menjadi US$ 111 per barel.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
Simak juga Video: KPPU Nilai Kebijakan Subsidi Harga Minyak Goreng di Pasar Modern Tak Efektif
OPEC sendiri mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan meningkatkan produksi sebesar 400 ribu barel per hari pada bulan April. Jumlah itu hanya sebagian kecil dari produksi minyak mentah Rusia yang mencapai 10 juta barel per hari.
Pemerintahan Biden melarang impor minyak mentah dan gas alam Rusia Selasa, tetapi Eropa, yang menerima lebih banyak energi Rusia daripada Amerika Serikat, belum melakukannya.
Namun, sanksi terhadap bank Rusia dan kekhawatiran tentang kemampuan untuk mengirimkan minyaknya telah menyebabkan larangan bayangan pada industri energi negara itu. Secara drastis hal itu mengurangi jumlah minyak Rusia yang dipasok ke pasar global.
Negara Barat berharap dapat menambah minyak dari sumber lain, termasuk dari anggota OPEC lain macam Iran dan Venezuela.
Kementerian Energi UEA belum merilis pernyataan, tetapi komentar Otaiba kemudian di-tweet oleh kedutaan negara itu di Washington. Hal ini bagaikan menandai petunjuk pertama negara OPEC mungkin bersedia menjaga harga minyak agar tidak naik di luar kendali.
Di sisi lain, negara OPEC juga mencari kesempatan di tengah panasnya hubungan Uni Eropa dengan Rusia. Mereka ingi ketergantungan Eropa dari minyak Rusia berkurang dan membuat mereka tetap membeli minyak mentah dari negara-negara OPEC.
"UEA pada dasarnya mengatakan kepada Arab Saudi dan Kuwait agar mereka mau gunakan kapasitas cadangan sehingga orang Eropa tidak lagi harus bergantung pada Rusia," kata Andy Lipow, presiden perusahaan konsultan Lipow Associates.
Lipow juga menambahkan para pemimpin OPEC kemungkinan ingin menghindari apa yang terjadi pada tahun 2008. Ketika itu minyak meroket di atas US$ 145 per barel. Hanya beberapa bulan setelahnya, ekonomi dunia runtuh di tengah krisis keuangan. Kenaikan liar harga minyak menurut Lipow dapat memicu resesi global.
"Anda bisa mengubah dunia menjadi resesi cuma dari harga minyak," kata Lipow.