2. Pengakuan Geo Dipa
Direktur Utama PT Geo Dipa Energi, Riki Firmandha Ibrahim pun mengakui hal tersebut. Menurutnya, pada saat kejadian memang ada peralatan yang tidak berkerja dengan baik. Alat tersebut diakuinya adalah katup pipa PRV.
"Yang ingin kami sampaikan bahwa relief pump diduga tidak bekerja dengan baik," kata Riki dalam rapat yang sama.
Kejadian kebocoran gas beracun sendiri berawal dari kegiatan perawatan sumur pembangkit di PLTP Dieng. Sejak akhir 2021 yang lalu memang pihaknya sedang melakukan perawatan sumur, ada 4 sumur yang akan diberikan perawatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumur yang menjadi masalah kebocoran gas adalah sumur yang paling terakhir melakukan perawatan, yaitu pada wellpad 28B. Namun, di tiga sumur sebelumnya tidak ada masalah yang terjadi.
3. Kronologi Kebocoran Gas
Kebocoran gas bermula saat proses quenching sumur, alias pendinginan sumur dengan memberikan tekanan air dingin ke dalam sumur. Namun, kegiatan itu bermasalah ketika di tengah jalan katup PRV terbuka secara tiba-tiba. Maka kegiatan quenching dihentikan.
Setelah kejadian itu, salah seorang pekerja yang merupakan Pelaksana Pekerjaan Workover berinisiatif memeriksa relief valve yang terbuka secara otomatis. Kemudian pekerja tersebut terjatuh pingsan.
"Investigasi awal, salah satu pekerja memeriksa relief pump dan pompa itu, ternyata sudah ada H2S yang terakumulasi. Dipekirkan korban terpapar dari gas H2S dan air dari sumur," ungkap Riki.
Riki menjelaskan ada sekitar 7 orang yang terpapar H2S dan langsung dilarikan ke Puskesmas terdekat. Salah satunya meninggal di Puskesmas, dan sisanya dirawat insentif.
Dia menegaskan kejadian kebocoran gas beracun ini hanya terjadi di area wellpad 28B dan tidak keluar ke mana-mana, apalagi ke pemukiman warga. Dia juga menyatakan tidak ada ledakan ataupun semburan gas yang terjadi saat kejadian berlangsung.
"Kami juga tegaskan tidak ada ledakan dan semburan gas H2S atau blow out," tegas Riki.
(hal/dna)