Harga minyak mentah kembali melonjak di level US$ 100 per barel. Kenaikan ini terjadi sejak Kamis kemarin yang dipicu kekhawatiran tentang invasi Rusia yang tak kunjung selesai.
Dilansir dari CNN, Jumat (18/3/2022), invasi yang dilakukan Rusia ditakutkan akan menganggu pasokan energi dari Rusia. Seperti diketahui, Rusia sendiri adalah salah satu penghasil minyak dan gas terbesar di dunia.
Harga minyak mentah sendiri sudah sempat turun ke level US$ 94 per barel beberapa waktu kemarin. Namun, seiring dengan kekhawatiran invasi yang tak kunjung usai, harga minyak lagi-lagi melonjak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Minyak mentah AS saja sudah naik 8% dan menetap di level US$ 102,98 per barel. Sementara itu, minyak mentah Brent yang jadi patokan dunia telah melonjak 9% menjadi US$ 106,64 per barel.
Meroketnya harga minyak ini sedang diawasi ketat oleh para pejabat di Amerika Serikat, mulai dari Gedung Putih dan Wall Street. Pasalnya, harga energi yang tinggi mengancam untuk memperburuk inflasi dan memperlambat perekonomian negeri Paman Sam.
"Suasana telah sedikit gelap. Sepertinya, invasi yang dilakukan Rusia akan menjadi situasi yang berlarut-larut," kata Robert Yawger, wakil presiden energi berjangka di Mizuho Securities.
Penurunan harga minyak baru-baru ini sebagian didorong oleh harapan akan potensi gencatan senjata. Tapi nyatanya, hal itu justru tak kunjung terjadi. Artinya, semakin lama perang berlangsung, semakin besar ancaman terhadap aliran minyak Rusia.
Badan Energi Internasional memperingatkan pada hari Rabu bahwa 30% dari pasokan minyak Rusia kemungkinan akan dihentikan dalam beberapa minggu ke depan.
Meski begitu, harga bensin di AS saat ini beringsut lebih rendah. Rata-rata nasional untuk harga bensin reguler turun menjadi US$ 4,29 per galon pada hari Kamis. Turun 4 sen dari rekor tertinggi US$ 4,33 per galon.
(hal/das)