Warga Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan harga bensin dan mungkin saja dialami seluruh warga bumi di penjuru dunia.
Maklum, harga BBM naik hingga menyentuh rekor tertinggi US$ 4,33 atau setara Rp 62.074 (kurs Rp 14.336) per galon (sekitar 3,7 liter) beberapa minggu lalu, sementara harga rata-rata nasional masih pada US$ 4,24 atau setara Rp 60.784 per galon.
Dilansir dari CNBC, Rabu (23/3/2022), di negara bagian seperti California bahkan harga rata-rata bensin hampir US$ 6 atau setara Rp 86.016 per galon. Ada dua penyebab lonjakan harga yakni perang Rusia-Ukraina dan penurunan produksi minyak selama pandemi COVID-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden AS Joe Biden memberlakukan sanksi Rusia dengan menutup impor minyak, gas alam, dan batu bara dari negara itu. Meskipun minyak Rusia hanya mewakili 8% dari impor gas AS, keputusan itu menyebabkan lonjakan harga gas di pasar global.
Ketika pengetatan COVID-19 dilonggarkan, orang-orang mulai bepergian dan permintaan bensin melonjak. Hal itu membuat perusahaan minyak tidak dapat mengikuti peningkatan permintaan yang mendorong harga gas global naik.
Lalu bagaimana menyiasati mahalnya harga BBM tersebut?
Ikut Program Membership SPBU
Perusahaan seperti BP, Shell, dan ExxonMobil menawarkan program loyalitas bahan bakar untuk masyarakat berburu bensin murah. Di Amerika Serikat sendiri, pengguna bisa mendapatkan diskon US$ 0,05 setiap galon bensin yang mereka beli dari SPBU BP dalam bulan pertama keanggotaan.
Setelah itu, jika pengguna menghabiskan minimal US$ 100 sebulan di BP, mereka akan terus menerima diskon US$ 0,05 per galon. Pengguna kemudian dapat menukarkan poin mereka dengan hal-hal seperti mendapat hadiah, hingga sebotol anggur.
Bagaimana dengan di Indonesia?
Di Indonesia, program serupa bisa didapat dengan cara memiliki kartu keanggotaan SPBU. Anggota bisa menukarkan poin dengan seliter BBM gratis atau semacamnya.
Tips lainnya ada di halaman sebelah ya.
Lihat juga Video: Krisis Ekonomi Sri Lanka, Pria Dibunuh saat Antre BBM-Militer Dikerahkan