Putin Minta Pembeli Gas Rusia Bayar Pakai Rubel, Jerman: Pemerasan!

Putin Minta Pembeli Gas Rusia Bayar Pakai Rubel, Jerman: Pemerasan!

Aldiansyah Nurrahman - detikFinance
Rabu, 30 Mar 2022 10:12 WIB
Ilustrasi sektor migas
Foto: Ilustrasi Migas (Fauzan Kamil/Infografis detikcom)
Jakarta -

Presiden Rusia Vladimir Putin telah menuntut agar negara-negara 'tidak bersahabat' penerima gas dari negaranya mulai membayar gas dengan rubel daripada menggunakan dolar AS atau euro.

Namun, Jerman yang merupakan pelanggan energi terbesar Rusia di Eropa, menolak arahan Putin. Jerman menyebut itu sebagai pemerasan.

"Pembayaran dengan rubel tidak dapat diterima. Kami tidak akan terpecah dan jawaban negara-negara G7 tidak ambigu," kata Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck dilansir dari CNN, Rabu (30/3/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Negara Group of Seven atau G7 juga tidak terima dengan pemberlakuan pembayaran gas Rusia menggunakan Rubel. G7 menilai keputusan ini diketok sepihak oleh Rusia dan melanggar perjanjian yang ada.

Negara yang tergabung di dalam G7 adalah Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Britania Raya, dan Amerika Serikat.

ADVERTISEMENT

Perselisihan pembayaran mengancam pasokan gas yang terus mengalir bahkan ketika pasukan Rusia menembaki kota-kota besar di Ukraina dan Barat memberlakukan sanksi yang melumpuhkan ekonomi Rusia.

Uni Eropa sekarang berupaya untuk mengganti gas Rusia dengan sumber lain tetapi juga di satu sisi juga mengakui, tidak dapat memutuskan ketergantungan energinya sebelum 2027.

Putin telah memberi bank sentral Rusia dan Gazprom, perusahaan gas negara, hingga Kamis waktu setempat untuk mengajukan proposal hanya menerima pembayaran dalam rubel. Ivan Abramov, seorang anggota parlemen senior Rusia, Moskow akan menghentikan pengiriman gas kecuali menerima pembayaran dalam rubel.

Sementara, perusahaan energi kemungkinan besar akan mempertimbangkan persyaratan itu karena dianggap sebagai pelanggaran kontrak. Mereka akan didukung oleh pemerintah Barat yang ingin meningkatkan tekanan ekonomi pada Putin.

"Tidak jelas bagaimana negara-negara Barat akan dapat mengakses cukup rubel untuk mendanai impor gas, atau bahkan apakah mereka bersedia membayar dalam rubel," kata Liam Peach, ekonom Eropa di Capital Economics.

"Langkah-langkah yang diambil oleh Rusia juga dapat ditafsirkan sebagai provokatif dan dapat meningkatkan kemungkinan negara-negara Barat memperketat sanksi terhadap energi Rusia," tambahnya.

Rencana Putin yang ingin perusahaan energi membayar gas Rusia dalam rubel disinyalir disebabkan karena mata uang di negara Beruang Merah itu sedang jatuh ke rekor terendah terhadap dolar AS.

Simak Video 'Zelensky Tegas Minta Eropa Berhenti Beli Minyak ke Rusia':

[Gambas:Video 20detik]



(das/das)

Hide Ads