Rusia mengatakan tidak akan memotong pasokan ekspor gasnya ke Eropa. Hal ini disampaikan di tengah keinginan Rusia untuk pembayaran gas dengan mata uang Rubel.
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya sudah menandatangani dekrit yang menyatakan pembeli gas Rusia harus membayar dalam Rubel melalui rekening bank Rusia.
Menurut penjelasan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kebijakan pembayaran dengan Rubel ini tidak akan mempengaruhi pemesanan gas yang sudah dibayar sebelumnya. Bahkan, untuk pembayaran untuk pengiriman setelah 1 April, dengan syarat jatuh tempo paling cepat pada pertengahan April.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apakah ini berarti jika tidak ada konfirmasi dalam Rubel, maka pasokan gas akan terputus mulai 1 April? Tidak, tidak, dan tidak mengikuti keputusan," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dilansir dari BBC, Senin (4/4/2022).
Uni Eropa sendiri sedang melobi perusahaan energi Rusia tentang bagaimana membayar gas. Ditte Juul Jorgensen, Direktur Jenderal Direktorat Energi Komisi Eropa menyatakan pihaknya sedang bekerja sama dengan negara-negara anggota Uni Eropa untuk membicarakan soal pembayaran gas Rusia.
"Kami bekerja sama dengan negara-negara anggota dan operator untuk membangun pendekatan umum dalam pembayaran mata uang untuk kontrak gas dengan Rusia," kata Jorgensen.
Sejak Rusia menginvasi Ukraina, negara-negara Barat telah menjatuhkan sanksi kepada perusahaan dan individu Rusia. Bahkan, melarang impor produk energi Rusia. Hal itu sudah dilakukan oleh Amerika Serikat dan Kanada.
Tapi, tidak seperti AS dan Kanada, Uni Eropa masih belum melarang impor minyak atau gas dari Rusia. Bagaimana tidak, negara-negara Eropa memang sangat bergantung pada pasokan energi Rusia.
Sejauh ini 40% gas Rusia diekspor ke negara-negara Uni Eropa. Di sisi lain, sepertiga dari impor minyak negara Eropa merupakan hasil bumi dari Rusia.
Uni Eropa jelas tidak akan memiliki pengganti yang mudah jika pasokan terganggu karena membuat larangan impor energi Rusia. Tetapi pada saat yang sama, Rusia menghasilkan keuntungan jutaan Euro per harinya dari penjualan gas ke blok tersebut. Keduanya bagaikan saling berhubungan dan bergantung.
Titik krisis tampaknya akan segera terjadi ketika Rusia mengeluarkan dekrit pada hari Kamis lalu yang mengharuskan pembeli asing gas Rusia untuk membuka rekening Rubel mulai Jumat.
Moskow menawarkan mekanisme bagi pembeli gas untuk mendapatkan rubel melalui perusahaan pelat merah Gazprombank. Bank itu telah lolos dari sanksi Uni Eropa untuk memungkinkan perdagangan energi berlanjut.
Para pakar ekonomi di Eropa mengatakan keputusan Putin untuk mewajibkan transaksi Rubel bagaikan sedang memberikan peringatan kepada Uni Eropa. Peringatan yang dimaksud adalah agar Uni Eropa tidak lagi memperketat sanksi ekonominya lebih lanjut terkait langkah invasi ke Ukraina yang dilakukan Putin.
"Kebijakan ini sama halnya dengan peringatan dari Putin untuk tidak memperketat sanksi keuangan lebih lanjut," kata Jeffrey Schott dari lembaga pemikir Peterson Institute of International Economics.
Jack Sharples dari Oxford Institute for Energy Studies mengatakan Putin juga sedang melindungi Gazprombank dari sanksi keuangan Uni Eropa. Pasalnya, bila perusahaan itu menjadi salah satu saluran untuk membeli energi Rusia, negara-negara Eropa tidak akan mengganggunya.
"Dengan menjadikan Gazprombank penerima utama uang untuk gas, itu memberikan perlindungan ekstra terhadap sanksi di sekitar Gazprombank," kata Sharples.
(hal/zlf)