Jakarta -
Kapal Pertamina Prime dan kapal tanker Seaoath dicegat Greenpeace di Denmark utara karena diduga membawa minyak dari Rusia. Para aktivis Greenpeace berencana memblokir transaksi minyak antar kapal tersebut.
Kapal Seaoath tiba dari Rusia membawa 100.000 ton minyak mentah Ural diduga berusaha untuk mengirimkan minyak ke kapal tanker Pertamina Prime yang lebih besar.
Pertamina Prime merupakan kapal kedua PT Pertamina International Shipping yang merupakan kapal single screw driven single deck type crude oil tanker dengan panjang 330 meter dan draft 21,55 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksi blokade dilakukan Greenpeace dengan berenang dan menumpangi perahu kecil. Sejumlah orang memblokir dua kapal itu agar pengiriman tidak bisa dilakukan.
Greenpeace menyampaikan setiap minyak atau gas Rusia dibeli, perang akan terus berlangsung. Sejauh ini setidaknya 299 supertanker dengan bahan bakar fosil telah meninggalkan Rusia sejak dimulainya perang di Ukraina.
Greenpeace menyerukan divestasi global dan penghentian penggunaan bahan bakar fosil dan embargo bahan bakar fosil Rusia untuk menghentikan pendanaan perang.
"Jelas bahwa bahan bakar fosil dan uang yang mengalir ke dalamnya adalah akar penyebab krisis iklim, konflik, dan perang, yang menyebabkan penderitaan besar bagi orang-orang di seluruh dunia. Pemerintah seharusnya tidak memiliki alasan mengapa mereka terus membuang uang ke bahan bakar fosil yang menguntungkan segelintir orang dan memicu perang, sekarang di Ukraina. Jika kita ingin berdiri untuk perdamaian, kita harus mengakhiri ini dan segera keluar dari minyak dan gas." kata Kepala Greenpeace Denmark Sune Scheller dikutip dari situs Greenpeace, Senin (4/4/2022).
Hingga berita ini diturunkan pihak PT Pertamina (Persero) dan PT Pertamina International Shipping belum mengonfirmasi pertanyaan detikcom.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Greenpeace cabang Inggris telah mengidentifikasi setidaknya ada 299 supertanker yang membawa minyak dan gas dari Rusia sejak awal invasi ke Ukraina pada 24 Februari, dan 132 di antaranya menuju ke Eropa.
Meskipun beberapa negara menyatakan larangan kedatangan kapal batu bara, minyak, dan gas fosil dari Rusia, tapi kenyataannya masih Rusia masih mengirimkannya melalui kapal yang terdaftar ke negara lain. Sejauh ini, negara-negara Uni Eropa belum dapat mencapai kesepakatan tentang larangan impor minyak Rusia.
Greenpeace menyerukan kepada pemerintah untuk membuat pilihan jangka panjang dalam menanggapi perang di Ukraina, yang akan membantu menciptakan perdamaian dan keamanan, dan membuat pilihan yang akan menciptakan masa depan yang stabil seperti transisi cepat ke energi yang efisien dan terbarukan. Energi terbarukan sekarang merupakan solusi untuk mengurangi biaya bahan bakar fosil hampir di semua tempat di planet ini.
"Kami sudah memiliki solusi dan mereka lebih murah dan lebih dapat dicapai daripada sebelumnya. Yang kita butuhkan hanyalah kemauan politik untuk secara cepat beralih ke energi terbarukan berkelanjutan yang damai dan berinvestasi dalam efisiensi energi. Ini tidak hanya akan menciptakan lapangan kerja, menurunkan tagihan energi, dan mengatasi krisis iklim, tetapi juga akan mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil impor yang memicu konflik di dunia," jelas Sune Scheller.
Rusia merupakan pemasok bahan bakar fosil terbesar ke Uni Eropa dan pada 2021 negara-negara Eropa membayar hingga US$ 285 juta atau setara Rp 4,09 triliun (kurs Rp 14.342) per hari.
Pada 2019, lebih dari seperempat impor minyak mentah Uni Eropa dan sekitar dua perlima impor gas fosilnya berasal dari Rusia, begitu pula hampir setengah dari impor batu baranya. Impor energi Uni Eropa dari Rusia bernilai β¬ 60,1 miliar atau setara Rp 950,66 triliun (kurs Rp 15.818) pada 2020.